Sabtu 11 Jun 2022 21:50 WIB

Adab Menjadi Guru, Ini Penjelasan Imam Al Ghazali

Al-Ghazali dalam kitab Bidayatul Hidayah menjelaskan beberapa hal mengenai adab guru.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Agung Sasongko
Sejumlah guru SDN Pojok Klitih III bergandengan tangan ketika melewati sungai saat berangkat mengajar di desa terpencil, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. (Ilustrasi)
Foto: Antara/Syaiful Arif
Sejumlah guru SDN Pojok Klitih III bergandengan tangan ketika melewati sungai saat berangkat mengajar di desa terpencil, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. (Ilustrasi)

IHRAM.CO.ID,JAKARTA -- Imam Al-Ghazali dalam kitab Bidayatul Hidayah menjelaskan beberapa hal mengenai adab-adab seorang guru. Antara lain ihtimal (banyak sabar menanggung kesulitan), lambat marah (tidak mudah marah), duduk dengan haibah atau kelakuan yang tetap serta menundukkan kepala, meninggalkan takabur atas sekalian hamba Allah kecuali terhadap orang yang zalim karena dapat mencegahkannya dari kezaliman. 

Kemudian, seorang guru juga dinilai harus memilih tawadhu, yaknimerendahkan diri pada perhimpunan orang ramai dan pada majelis orang ramai. Guru juga sebaiknya meninggalkan bergurau dan bermain-main, memberi kasih sayang dengan murid, lemah lembut dengan murid yang kurang pandai, membimbing murid yang bebal, tidak memarahi murid yang bodoh, serta tidak malu berkata tidak tahu apabila ada suatu ilmu yang tidak ia ketahui. 

Baca Juga

Tak hanya itu, Imam Al-Ghazali menekankan bahwa seorang guru juga perlu memberikan perhatian kepada murid yang bertanya dan mencoba memahami persoalan dengan baik, menerima hujjah atau dalil yang dihadapkan padanya, tunduk kepada kebenaran, dan merlarang murid dari ilmu yang bisa jadi menghadirkan mudharat baginya. 

Peranan guru dengan adabnya sangat penting menurut Imam Al-Ghazali. Bahkan dikatakan bahwa guru juga harus bersikap melarang murid apabila sang murid mengehndaki yang lain dari Allah dengan ilmunya. Kemudian seorang guru juga perlu melarang murid dai menuntut ilmu yang sifatnya fardhu kifayah sebelum selesai dari menuntut ilmu yang sifatnya fardhu ain. 

Adapun ilmu yang sifatnya fardhu ain adalah yang berkenaan dengan membaikkan yang zahir dan batin dengan takwa. Imam Al-Ghazali menambahkan, seorang guru juga perlu memperbaiki diri sendiri dengan takwa sebelum ia memerintahkan orang lain. Hal itu agar muridnya dapat mencontoh amalannya dan mengambil manfaat dari ilmunya. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement