Sabtu 11 Jun 2022 14:23 WIB

Prancis Ingin Ukraina Menangkan Perang Lawan Rusia 

Pemerintah Prancis enggan memberikan konsesi kepada Rusia.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
Presiden Prancis Emmanuel Macron mendengarkan lagu kebangsaan selama upacara penyambutan untuk pembicaraan dengan Kanselir Jerman Olaf Scholz di kanselir di Berlin, Jerman, Senin, 9 Mei 2022. Paris ingin Ukraina memenangkan perang melawan Moskow dan integritas teritorialnya dipulihkan.
Foto: AP/Markus Schreiber
Presiden Prancis Emmanuel Macron mendengarkan lagu kebangsaan selama upacara penyambutan untuk pembicaraan dengan Kanselir Jerman Olaf Scholz di kanselir di Berlin, Jerman, Senin, 9 Mei 2022. Paris ingin Ukraina memenangkan perang melawan Moskow dan integritas teritorialnya dipulihkan.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Pemerintah Prancis enggan memberikan konsesi kepada Rusia. Paris ingin Ukraina memenangkan perang melawan Moskow dan integritas teritorialnya dipulihkan.

“Seperti yang dikatakan Presiden (Prancis Emmanuel Macron), kami menginginkan kemenangan Ukraina. Kami ingin integritas teritorial Ukraina dipulihkan,” kata seorang pejabat di istana kepresidenan Prancis, Jumat (10/6/2022).

Baca Juga

Emmanuel Macron diketahui telah dikritik Ukraina dan sekutu Prancis lainnya di Eropa Timur karena komentarnya yang menyebut sangat penting untuk tidak mempermalukan Presiden Rusia Vladimir Putin. Sebab menurutnya hal itu akan mempermudah proses perdamaian antara Ukraina dan Rusia.

Namun pejabat kepresidenan Prancis menekankan, mereka tidak akan memberikan konsesi terhadap Putin atau Rusia. “Tidak ada semangat konsesi terhadap Putin atau Rusia dalam apa yang dikatakan Presiden (Macron). Ketika dia berbicara kepadanya (Putin) langsung, itu bukan kompromi, tapi untuk menyampaikan bagaimana kami melihat hal-hal,” ucapnya.

Sebelumnya Macron menyarankan agar Rusia tidak dipermalukan. Menurutnya, hal itu penting agar saat pertempuran di Ukraina berakhir, solusi diplomatik dapat ditemukan. “Kita tidak boleh mempermalukan Rusia sehingga pada hari ketika pertempuran berakhir, kita dapat membangun jalan keluar melalui cara-cara diplomatik,” kata Macron dalam sebuah wawancara dengan surat kabar regional yang diterbitkan pada 4 Juni lalu.

Macron pun menyiratkan bahwa Prancis akan melanjutkan perannya sebagai penengah antara Rusia dan Ukraina. “Saya yakin bahwa peran Prancis adalah menjadi kekuatan penengah,” ucapnya.

Dalam wawancara itu, Macron mengaku telah menyampaikan kepada Presiden Rusia Vladimir Putin bahwa dia mengambil keputusan keliru menyerang Ukraina. “Saya pikir, dan saya mengatakan kepadanya, bahwa dia membuat kesalahan bersejarah dan mendasar bagi rakyatnya, untuk dirinya sendiri dan untuk sejarah,” ujarnya.

Macron telah beberapa kali melakukan pembicaraan dengan Putin sejak Rusia melancarkan agresi ke Ukraina pada 24 Februari lalu. Macron berusaha mendorong Moskow dan Kiev memulai negosiasi yang kredibel untuk menyepakati gencatan senjata.

Prancis telah mendukung Ukraina secara militer dan finansial. Namun sampai sekarang, Macron belum pernah berkunjung ke Kiev untuk menawarkan dukungan politik simbolis seperti para pemimpin Uni Eropa lainnya. Padahal Pemerintah Ukraina mengharapkan Macron turut berpartisipasi memberikan dukungan kepada mereka. Kendati demikian, Macron tak mengesampingkan untuk berkunjung ke sana. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement