Jumat 10 Jun 2022 19:54 WIB

Wagub Minta Hati-Hati Ketika Mem-branding Makanan Minang

Makanan Minang selama ini selalu identik dengan makanan halal.

Rep: Febrian Fachri/ Red: Indira Rezkisari
Wakil Gubernur Sumbar Audy Joinaldy menilai secara etika penjualan masakan Minang non-halal tidak tepat.
Foto: Republika/Febrian Fachri
Wakil Gubernur Sumbar Audy Joinaldy menilai secara etika penjualan masakan Minang non-halal tidak tepat.

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Wakil Gubernur Sumatra Barat, Audy Joinaldy, menanggapi kehadiran Restoran Babi Ambo di Kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara. Restoran tersebut menjadi kontroversi karena menyajikan menu khas masakan Padang tersebut namun berbahan daging babi.

Menurut Audy, secara etika, hal itu tidak baik karena selama ini masakan Minang di manapun berada selalu halal. "Secara etika nggak baik. Karena makanan Padang atau makanan khas Minang identik dengan makanan halal di manapun berada," kata Audy, kepada Republika, Jumat (10/6/2022).

Baca Juga

Audy meminta semua pihak mengambil pelajaran dari hal ini. Supaya dalam membuat sebuah branding, harus lebih hati-hati supaya tidak menyinggung kelompok atau etnis tertentu.

Audy mendengar restoran Babi Ambo yang dimaksud sudah tutup sejak lama. Tapi baru viral di sosial media. Pihak pemilik restoran tersebut menurut Audy juga sudah mengklarifikasi ke pihak kepolisian.

"Sudah lama tutup ternyata usahanya. Yang bersangkutan sudah klarifikasi di Polsek Kelapa Gading," ujar Audy.

Publik digegerkan dengan hadirnya restoran Babi Ambo di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara. Restoran yang menyediakan menu khas Padang berbahan dasar babi, seperti nasi babi bakar, nasi babi rendang, gulai babi, nasi rames Babi Ambo, dan menu lainnya itu mendapat kritikan dari masyarakat, khususnya suku Minangkabau. Alasannya karena nasi Padang selalu menjual makanan halal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement