Sabtu 11 Jun 2022 03:27 WIB

Hamba-Hama yang Istimewa, Seperti Apa?

Ibnu Atha'illah menjelaskan kualifikasi hamba-hamba yang istimewa.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Agung Sasongko
Takwa (ilustrasi).
Foto: alifmusic.net
Takwa (ilustrasi).

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Syekh Ahmad ibn Muhammad ibn Abdul Karim ibn Atha'illah al Jadzami al Maliki as Sakandari atau lebih dikenal dengan Ibnu Atha'illah dalam kitab Al Hikam menjelaskan tentang kualifikasi hamba-hamba Allah yang istimewa tersebut. 

Ibnu Atha'illah mengatakan bahwa bila terdapat seorang hamba yang ditetapkan Allah SWT sehingga dapat menjaga atau istiqomah menjaga wiridnya yang diperoleh dari guru atau mursyidnya maka jangan sampai sekali-kali meremehkannya. Sebab orang tersebut memiliki warid dari Allah SWT. 

Baca Juga

"Jadi kalau ada ahli wirid, ahli ibadah tak pernah melakukan pelanggaran bahkan selalu menjadi teladan di masyarakatnya tapi kehidupan sehari-harinya tidak berubah, dia mungkin tidak terlalu kaya tidak juga populer, biasa-biasa saja dalam hidupnya menurut ukuran kita, maka jangan sampai meremehkan apa yang telah Allah berikan kepadanya," kata Prof. KH.Nasaruddin Umar dalam kajian kitab al Hikam di Masjid Istiqlal Jakarta yang juga disiarkan melalui Masjid Istiqlal TV pada Jumat (10/6/2022). 

Prof Nasaruddin menjelaskan orang-orang yang istimewa yang dimaksud dalam kitab hikam adalah ahli wirid yakni orang yang melakukan amalan-amalan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dalam bentuk membaca Alquran, berzikir, bershalawat dan lainnya secara konsisten dengan waktu yang telah ditentukan dan dengan cara atau teknik pengamalan sesuai tuntunan gurunya. 

Menurut Prof Nasaruddin orang-orang yang ahli wirid diberikan kemuliaan oleh Allah berupa warid. Yakni efek yang diperoleh seorang pewirid dalam bentuk keajaiban. Boleh jadi, secara zahir dalam pandangan manusia orang tersebut adalah orang biasa, tidak memiliki kekayaan, pangkat atau pun kedudukan. Akan tetapi kedudukannya di sisi Allah justru sangat tinggi.

"Contoh warid itu dia telah mendapatkan ketajaman firasat. Hati-hati terhadap firasatnya orang beriman, hati-hati lah terhadap firasatnya ahli wirid karena dia bisa melihat, menyaksikan sesuatu dengan keberkahan Allah SWT, dengan cahaya Allah," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement