Kamis 09 Jun 2022 19:32 WIB

Wabah PMK tak Surutkan Optimisme Pedagang Hewan Qurban 

Pedagang qurban yakin penjualan hewan qurban tetap stabil di tengah wabah PMK

Rep: Eva Rianti   / Red: Nashih Nashrullah
Ilustrasi pedagang qurban. Pedagang qurban yakin penjualan hewan qurban tetap stabil di tengah wabah PMK
Foto: Prayogi/Republika.
Ilustrasi pedagang qurban. Pedagang qurban yakin penjualan hewan qurban tetap stabil di tengah wabah PMK

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR— Wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) yang belakangan merebak tidak menyurutkan penjualan hewan qurban  di wilayah Kota Tangerang, Banten. 

Para pedagang mengaku penjualan hewan qurban akan tetap lancar karena aspek semangat masyarakat dari segi ibadah sekaligus kondisi ekonomi yang membaik seiring melandainya pandemi Covid-19.

Baca Juga

Salah satu pedagang hewan qurban, Abu Salman, yang berjualan di Jalan KH Hasyim Ashari, Cipondoh Kota Tangerang mengaku optimistis dengan penjualan hewan qurban meskipun tengah marak wabah PMK.

Sapi-sapi yang dijajakannya diketahui didatangkan dari wilayah Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan sudah mendapatkan surat kesehatan hewan dari dinas terkait.

Salman mengaku mendatangkan sapi dari Bima pada tahun ini agak berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya karena terkait dengan kondisi merebaknya wabah PMK. Kegiatan distribusi sapi kali ini harus melalui tahapan cek kesehatan yang lebih ketat.

“Ada surat kesehatannya yang dikeluarkan Pemerintah Provinsi NTB. Terus, nanti juga akan dilakukan pengecekan kesehatan dari dinas setempat (Kota Tangerang), sekitar sepekan atau dua pekan dari sekarang. Dinas mengeluarkan sertifikat dalam bentuk stiker,” ujar Salman saat ditemui di tempat penjualan hewan qurbannya, Kamis (9/6/2022).

Terkait dengan permintaan dari masyarakat, Salman mengatakan masih cukup tinggi, hanya diperlukan edukasi yang cukup masif bagi calon pembeli yang khawatir dengan wabah PMK.

Menurutnya, sapi yang didatangkan dari Bima merupakan jenis sapi yang nyaris tidak tersentuh atau bersinggungan dengan sapi-sapi yang notabene terpapar PMK karena hidup di padang rumput.

Namun, dia berujar dampak yang nyata pada kondisi merebaknya wabah PMK yakni terkait harga yang mengalami kenaikan. Meski demikian, dia mengaku tetap optimistis karena faktor semangat berqurban dari masyarakat yang dinilai tidak pernah kendor.

“Kalau yang saya alami, jangankan PMK, saat (merebak) Covid-19 saja permintaan tinggi. Justru ketika Covid-19 optimistis karena ibadah haji dan umroh tidak dibuka, sementara semangat ibadah tetap ada sehingga dana umrah dan haji dialihkan buat qurban. Begitu juga sekarang, walaupun sudah dibuka keran haji dan umrah, masyarakat tetap semangat karena ekonomi sudah mulai bangkit,” jelasnya.

Adapun terkait dengan kenaikan harga, Salman menyebut ada peningkatan sekitar Rp2 juta per ekornya. Misalkan pada 2021 harga sapi Rp20 juta per ekor, tahun ini menjadi Rp22 juta per ekor. Dia menargetkan pada tahun ini penjualan sapi mencapai lebih dari 150 ekor, sama seperti pencapaian pada tahun-tahun sebelumnya.

“Kalau permintaan enggak terlalu berpengaruh (karena PMK), hanya ada sedikit pergeseran harga karena ada perizinan ketat, ekspedisi naik, jatuhnya per ekor jadi naik,” kata dia.

Pedagang hewan qurban  lainnya, Paino (47) yang berjualan di Jalan Mochammad Yamin, Tangerang mengungkapkan memang ada kekhawatiran terkait penjualan hewan qurban  pada tahun ini. Namun, dia tetap optimistis karena permintaan yang tertuju padanya juga masih tetap banyak seperti biasa.

“Banyak yang sudah pesan karena saya cukup banyak punya pelanggan dari dulu. Kekhawatiran sih ada ya (dari para calon pembeli), tapi mereka kan lihat-lihat kondisi sapinya kayak apa, saya juga nunjukin surat keterangan sehat kalau diminta,” tutur Paino.

Lebih lanjut, Paino menyebut optimisme itu sejalan dengan kualitas sapi yang dijualnya. Sapi-sapi itu didatangkan juga dari kawasan Bima, NTB yang hidup di gunung dengan kondisi tubuh yang menurutnya lebih sehat, dan juga telah menjalani karantina untuk pengecekan kesehatan sebelum tiba di Kota Tangerang.

Sementara itu, Pemerintah Kota Tangerang menginformasikan ada sebanyak 13 hewan ternak di Kota Tangerang yang terpapar PMK. Menjelang momen Hari Raya Idul Adha 1443 Hijriyah/ 2022 Masehi, Pemkot Tangerang akan memberlakukan aturan penutupan kedatangan hewan qurban pada akhir Juni 2022 untuk mengantisipasi penyebaran PMK yang lebih luas.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan (DKP) Kota Tangerang, Abduh Surahman, menjelaskan dari 13 hewan ternak yang dinyatakan positif PMK, beberapa di antaranya sudah sembuh atau kembali sehat. 

Sementara sebagian lainnya masih dalam proses penyembuhan atau pemulihan oleh peternak dan tim kesehatan hewan dari DKP Kota Tangerang. Hingga saat ini dia mengatakan belum ada hewan ternak di Kota Tangerang yang mati akibat terinfeksi PMK.

“Akhir Juni ini, jalur kedatangan hewan qurban telah disepakati untuk ditutup. Ini untuk memaksimalkan masa inkubasi, jadi sebelum hari Idul Adha seluruh hewan ternak yang mungkin sakit masih bisa diisolasi dan diobati. Terpenting, nantinya DKP bisa menyatakan seluruh hewan qurban di Kota Tangerang sehat,” ujar Abduh.   

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement