Kamis 09 Jun 2022 00:52 WIB

Jerman tak Mau Akui Taliban Pimpin Afghanistan

Dunia internasional diminta bersatu mengubah kondisi di Afghanistan.

Rep: Mabruroh/ Red: Friska Yolandha
Seorang pejuang Taliban berjaga-jaga ketika orang-orang menerima jatah makanan yang didistribusikan oleh kelompok bantuan kemanusiaan China, di Kabul, Afghanistan, Sabtu, 30 April 2022. Dua badan pangan PBB mengeluarkan peringatan keras pada Senin, 6 Juni 2022 tentang berbagai krisis pangan yang mengancam. di planet ini, didorong oleh “goncangan” iklim seperti kekeringan dan diperburuk oleh dampak pandemi COVID-19 dan perang di Ukraina yang telah menyebabkan melonjaknya harga bahan bakar dan pangan.
Foto: AP Photo/Ebrahim Noroozi
Seorang pejuang Taliban berjaga-jaga ketika orang-orang menerima jatah makanan yang didistribusikan oleh kelompok bantuan kemanusiaan China, di Kabul, Afghanistan, Sabtu, 30 April 2022. Dua badan pangan PBB mengeluarkan peringatan keras pada Senin, 6 Juni 2022 tentang berbagai krisis pangan yang mengancam. di planet ini, didorong oleh “goncangan” iklim seperti kekeringan dan diperburuk oleh dampak pandemi COVID-19 dan perang di Ukraina yang telah menyebabkan melonjaknya harga bahan bakar dan pangan.

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock memperingatkan krisis kemanusiaan dan ekonomi yang menghantui di Afghanistan. Dia bahkan menekankan, negaranya tidak akan pernah mengakui Taliban sebagai penguasa Afghanistan.

"Jerman tidak akan mengakui Taliban sebagai penguasa sah Afghanistan selama kondisi mengerikan di bawah kelompok Islamis tetap ada," kata Baerbock dilansir dari Alarabiya, Rabu (8/6/2022).

Baca Juga

Hal tersebut disampaikannya dalam konferensi pers di Islamabad, Pakistan. Dia juga menyerukan agar dunia internasional bersatu untuk mengubah Taliban, di mana di bawah kepemimpinannya, anak perempuan telah kehilangan hak atas pendidikan dan kebebasan mengemukakan pendapat.

"Selama mereka menempuh jalan ini, tidak ada ruang untuk normalisasi dan apalagi pengakuan terhadap Taliban sebagai penguasa sah negara, pada saat yang sama kami tidak akan meninggalkan rakyat Afghanistan," katanya.

Ia menambahkan bahwa Jerman akan mengirimkan bantuan kemanusiaan.

Para pejabat Taliban menyangkal tuduhan pelanggaran hak. Taliban mengatakan, mereka sedang bekerja untuk menciptakan kondisi di mana mereka akan membuka sekolah menengah untuk anak perempuan.

Tidak ada pemerintah asing yang secara resmi mengakui Taliban sejak mereka mengambil alih Afghanistan Agustus lalu, ketika pasukan asing yang didukung AS mundur setelah dua dekade perang.

Pakistan, yang selama bertahun-tahun melihat Taliban sebagai blok efektif terhadap pengaruh saingan lama India di Afghanistan, telah menyerukan keterlibatan dengan Taliban, dengan mengatakan dunia tidak mampu menghadapi krisis kemanusiaan.

Namun Menteri Luar Negeri Pakistan, Bilawal Bhutto Zardari, mengatakan bahwa Taliban harus memperhatikan keprihatinan masyarakat internasional tentang hak dan keamanan.

"Adalah harapan kami bahwa pihak berwenang Afghanistan akan responsif terhadap harapan masyarakat internasional mengenai penghormatan inklusivitas terhadap hak asasi manusia semua warga Afghanistan, termasuk perempuan dan tindakan efektif melawan terorisme," katanya.

Baerbock menyerukan persatuan untuk menekan Taliban.

"Masyarakat internasional harus bersatu dan bersama-sama memberitahu Taliban dengan lantang dan jelas bahwa Anda menuju ke arah yang salah," katanya.

Baerbock juga mengatakan Jerman dan Pakistan telah merampingkan sistem untuk membawa pengungsi Afghanistan ke Jerman melalui Pakistan dan lebih dari 14 ribu warga Afghanistan yang sangat berisiko telah dapat melakukan perjalanan ke Jerman selama beberapa bulan terakhir.

Penyiar NTV kemudian melaporkan bahwa Baerbock menghentikan kunjungannya ke Pakistan setelah dinyatakan positif terkena virus corona. Kementeriannya mengkonfirmasi laporan tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement