Rabu 08 Jun 2022 17:36 WIB

IHSG Ditutup Menguat Terangkat Saham Blue Chip

LQ45 menguat signifikan 1,04 persen dipimpin BBCA yang melesat 3,05 persen. 

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Fuji Pratiwi
Karyawan melintas di depan layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (9/5/2022). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir menguat pada perdagangan Rabu (8/6/2022).
Foto: Prayogi/Republika.
Karyawan melintas di depan layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (9/5/2022). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir menguat pada perdagangan Rabu (8/6/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir menguat pada perdagangan Rabu (8/6/2022). IHSG ditutup di zona positif dengan naik sebesar 0,73 persen ke posisi 7.193,31 meski sempat dibuka turun di awal perdagangan. 

Naiknya IHSG ditopang oleh kenaikan saham-saham blue chip yang tercermin dari indeks LQ45. Kelompok saham paling likuid tersebut menguat signifikan sebesar 1,04 persen dipimpin oleh BBCA yang melesat 3,05 persen. 

Baca Juga

Selain itu, saham sektor teknologi juga berkontribusi mengangkat IHSG ke zona hijau diantaranya EMTK melompat 4,01 persen diikuti oleh BUKA yang naik 2,86 persen. Saham GOTO juga mencatatkan kenaikan sebesar 3,85 persen. 

Pilarmas Investindo Sekuritas mengatakan pergerakan IHSG sejalan dengan indeks bursa saham regional Asia yang mayoritas bergerak positif. "Indeks tampaknya terpengaruh  pelonggaran pembatasan Covid-19 di China," tulis Pilarmas Investindo Sekuritas dalam risetnya, Rabu (8/6/2022). 

Beijing dan Shanghai telah melonggarkan pembatasan setelah lockdown yang berkepanjangan. Dicabutnya larangan lalu lintas serta dibukanya kembali restoran di sebagian besar wilayah dinilai akan berdampak positif bagi pemulihan ekonomi China dan meningkatkan kepercayaan investor. 

Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) merilis laporan posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Mei 2022 tetap tinggi sebesar 135,6 miliar dolar AS. Angka tersebut relatif stabil dibandingkan dengan posisi pada akhir April 2022 sebesar 135,7 miliar dolar AS. 

Cadangan devisa itu setara dengan pembiayaan 6,8 bulan impor atau 6,6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. BI menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement