Rabu 08 Jun 2022 14:55 WIB

Meski Wabah PMK Marak, Pedagang Hewan di Tangsel Tetap Optimistis

Ada beberapa faktor yang mendorong pedagang dapat meraih keuntungan saat PMK

Rep: eva rianti/ Red: Hiru Muhammad
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo saat meninjau lokasi munculnya kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) di kawasan Pondok Cabe Ilir, Pamulang, Tangsel, Kamis (19/5/2022).
Foto: eva rianti
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo saat meninjau lokasi munculnya kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) di kawasan Pondok Cabe Ilir, Pamulang, Tangsel, Kamis (19/5/2022).

REPUBLIKA.CO.ID,TANGERANG SELATAN – Maraknya wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) yang belakangan santer terdengar menciptakan kewaspadaan masyarakat dalam membeli hewan kurban menjelang momen Idul Adha 1443 Hijriyah/ 2022 Masehi. Meski demikian, ada sebagian pedagang hewan kurban yang justru mengaku optimistis terhadap penjualan hewan kurban pada tahun ini di tengah maraknya wabah PMK.

Salah satu pedagang hewan kurban yang mengungkapkan optimisme tersebut yakni Purnomo (39 tahun) yang berjualan sapi ras bali di Jalan Parakan, Pondok Benda, Pamulang, Tangsel. Dia mengatakan ada beberapa faktor yang mendorongnya justru berpeluang meraup keuntungan dari kondisi maraknya wabah PMK.

Baca Juga

Faktor pertama, kata Purnomo yakni terkait dengan stok atau ketersediaan sapi. Dia menyebut, dirinya tidak kesulitan untuk mendapatkan stok sapi karena sudah disiapkan sebelum wabah PMK mencuat. “Sapi-sapi kami memang ras bali, tapi enggak didatangkan dari Bali langsung, melainkan di-drop empat bulan sebelum Idul Adha di Purwakarta, dibesarkan untuk digemukkan. Setelah dari Purwakarta, baru ke Cileungsi (Bogor), lalu ke masing-masing kandang kami, makanya agak gampang tuh stok kita,” tutur Purnomo saat ditemui di lokasi penjualan sapinya di Tangsel, Rabu (8/6/2022).

Sistem tersebut, kata dia, telah berjalan setiap tahunnya. Sementara itu, menurut penuturannya, para pedagang lainnya yang tidak menerapkan sistem tersebut atau langsung mengambil hewan dari daerah asalnya mendekati momen Idul Adha mengalami kesulitan mendapatkan stok.

“Kalau info-info dari grup lain (kompetitor), semenjak ada isu PMK, kesulitan pada masalah kedatangan sapi. Karen akan ada karantina dulu sementara ini jadi sapi enggak sembarangan datang. Karantina di Banyuwangi biasanya kalau enggak di Gilimanuk disaringnya di situ, kurang lebih seminggu. Kalau terinfeksi PMK, sapi-sapinya dibalikin lagi ke Bali, enggak bisa menyeberang, makanya agak sulit,” terangnya.

Dengan adanya kesulitan tersebut, sejumlah pedagang hewan kurban menjadi kesulitan dalam melakukan kegiatan jual hewan kurban. Kondisi itu pulalah yang menjadi faktor lain optimism dari Purnomo untuk dapat menjual dagangannya lebih laris karena sudah ada stok. “Dengan adanya PMK, para pedagang jadi sedikit, kompetitor jadi berkurang, makanya kami optimistis karena tidak banyak kompetitor,” ungkapnya.

Sementara itu, terkait dengan kondisi kesehatan dari sapi-sapi yang dijajakannya, Purnomo menyebut ada surat kesehatan hewan. Berdasarkan data yang ditunjukkan ke Republika, surat kesehatan hewan yang ada padanya dikeluarkan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur melalui Dinas Peternakan yang ditandatangani pada April 2022. Tercatat telah dilakukan pemeriksaan terhadap hewan-hewan tersebut dan dinyatakan sehat.

“Kemudian nanti seminggu sebelum Idul Adha Dinas Kesehatan setempat akan keliling mengecek kesehatan hewan. Dinas Kesehatan setempat akan mengeluarkan surat kesehatan pada semua hewan yang ada di kandang ini,” terangnya. 

Purnomo menyadari adanya kewaspadaan dari masyarakat lantaran wabah PMK yang tengah marak, namun menurutnya permintaan akan tetap tinggi. Adapun sapi yang dijual oleh Purnomo berkisar antara Rp18--19 juta per ekornya. Ada pula yang dihargai Rp13,8 juta per ekor pada sapi tertentu. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement