Selasa 07 Jun 2022 17:57 WIB

Bertemu Bos Coca-Cola di Swiss, Pemerintah Bahas 3 Isu Penting

Pemerintah bicarakan investasi, circular economy dan EBT di depan petinggi Coca-Cola

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita. Forum Ekonomi Dunia 2022 di Davos, Swiss, beberapa waktu lalu menjadi momen bagi delegasi pemerintah Indonesia bertemu para investor dari perusahaan industri ternama di dunia. Dalam kesempatan tersebut, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dan Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita bertemu dan berdiskusi dengan petinggi Coca-cola Company, agendanya yakni membahas investasi, circular economy, dan energi terbarukan.
Foto: Republika/Iit Septyaningsih
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita. Forum Ekonomi Dunia 2022 di Davos, Swiss, beberapa waktu lalu menjadi momen bagi delegasi pemerintah Indonesia bertemu para investor dari perusahaan industri ternama di dunia. Dalam kesempatan tersebut, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dan Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita bertemu dan berdiskusi dengan petinggi Coca-cola Company, agendanya yakni membahas investasi, circular economy, dan energi terbarukan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Forum Ekonomi Dunia 2022 di Davos, Swiss, beberapa waktu lalu menjadi momen bagi delegasi pemerintah Indonesia bertemu para investor dari perusahaan industri ternama di dunia. Dalam kesempatan tersebut, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dan Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita bertemu dan berdiskusi dengan petinggi Coca-cola Company, agendanya yakni membahas investasi, circular economy, dan energi terbarukan.  

“Melalui agenda tersebut kami menyampaikan beberapa hal. Tentu salah satu di antaranya mengenai dukungan dan fasililitas bagi para investor global yang menanamkan modalnya di Indonesia,” kata Agus di Jakarta, Selasa (7/6).

Dalam pertemuan dengan Chairman and CEO of The Coca-Cola Company James Quincey, pemerintah Indonesia menyampaikan apresiasinya dan mendorong Coca-Cola meningkatkan dan memperluas investasinya di Indonesia. Salah satunya melalui produk berbasis kelapa.

Hal itu karena, produk berbahan baku kelapa memiliki multiplier effects tinggi, mulai dari petani kecil hingga industri menengah. Selain itu mengingat luasnya wilayah Indonesia, komoditas ini masih memiliki peluang besar dikembangkan di tanah air.

 

Dalam pertemuan dengan perusahaan industri minuman itu, pemerintah juga membahas pengembangan industri hijau dengan konsep circular economy yang menggunakan pendekatan 5R (Reduce, Reuse, Recycle, Recovery, dan Repair). Pemerintah mengatur pengembangan industri hijau dalam Undang-Undang Nomor 3 tahun 2014 tentang Perindustrian.

“Undang-undang tersebut menyebutkan, industri hijau adalah industri yang dalam proses produksinya mengutamakan upaya efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya secara berkelanjutan. Makabmampu menyelaraskan pembangunan industri dengan kelestarian fungsi lingkungan hidup serta dapat memberikan manfaat bagi masyarakat,” ujar Agus.

Menperin menambahkan, pemerintah terus berupaya memacu pembangunan industri hijau demi mengutamakan upaya efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya secara berkelanjutan. Hal ini agar pembangunan industri selaras dengan kelestarian fungsi lingkungan hidup serta dapat memberikan manfaat bagi masyarakat.

Melalui upaya penerapan industri hijau di Tanah Air, penghematan energi pada 2021 mencapai Rp 3,2 triliun, serta penghematan air sebesar Rp 169 miliar. Pencapaian ini memperkuat komitmen industri untuk memastikan keberlanjutan bisnis perusahaan dalam jangka Panjang.

CEO The Coca-Cola Company menyampaikan, sejak 2018 perusahaan tersebut telah melakukan pengumpulan dan daur ulang kemasan produknya baik botol plastik maupun kaleng. Menurutnya, Coca-cola berkomitmen membuat seluruh kemasan dapat didaur ulang pada tahun 2025 dan menggunakan 50 persen bahan baku daur ulang pada botol dan kaleng pada tahun 2030. Atas hal tersebut, CEO Coca-Cola berharap kebijakan dan regulasi di Indonesia dapat semakin mendukung kegiatan investasi Coca-Cola.

Selanjutnya, guna mendukung pelaksanaan industri berkelanjutan, kedua pihak juga mendiskusikan upaya pencapaian Net Zero Emission (NZE) dan pemanfaatan energi baru dan terbarukan seperti solar panel dalam proses produksi Coca-Cola di Indonesia. Terkait pemanfaatan energi baru dan terbarukan, Coca Cola Amatil (CCA) Indonesia telah memasang atap panel surya pada fasilitas pabrik Cibitung, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Panel surya yang terbentang seluas 72 ribu meter persegi itu merupakan yang terbesar di kawasan Asia Tenggara (ASEAN), nomor 2 di Asia Pasifik, dan nomor 4 di dunia.

Airlangga mengapresiasi pembangunan panel surya berkapasitas 7,13 MegaWatt (MW) oleh CCA Indonesia. Langkah perusahaan sejalan dengan target pemerintah dalam meningkatkan porsi energi terbarukan sebesar 23 persen pada 2025, serta 31 persen pada 2050.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement