Selasa 07 Jun 2022 16:05 WIB

Airlangga: Pemerintah Harus Siap Hadapi Lima Krisis yang Mengancam Dunia

Kemenko perekonomian mengusulkan penambahan anggaran sebesar Rp 82,2 miliar.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto saat mengikuti rapat kerja dengan DPR, Senin (6/6/2022).
Foto: Istimewa
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto saat mengikuti rapat kerja dengan DPR, Senin (6/6/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA—Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menuturkan, dunia saat ini tengah menghadapi the perfect strom dan krisis multi dimensi secara bersamaan. Ia mengingatkan, pemerintah Indonesia harus bersiap untuk mengantisipasi dampak buruk jika krisis tersebut menerjang Indonesia.

Menurutnya, ada lima krisis yang berpotensi mengganggu stabilitas negara-negara di dunia. Pertama, pandemi Covid-19 yang belum berakhir meskipun sudah lebih dari dua tahun. Kedua konflik Rusia-Ukraina yang membuat disrupsi rantai pasok dunia terhadap pangan dan energi.

Baca Juga

“Disrupsi rantai pasok dunia terutama pangan dan energi meningkatkan harga komoditas di dunia,” tutur Airlangga dalam keterangan, Selasa (7/6/2022).

Airlangga menambahkan, krisis ketiga yang saat ini mengancam dunia yakni, akibat perubahan iklim yang mengakibatkan meningkatnya suhu global. Kondisi ini berdampak pada degradasi lingkungan, bencana alam, cuaca ekstrem, kerawanan pangan dan air, serta gangguan ekonomi global.

Krisis keempat yang mengancam negara-negara di dunia termasuk Indonesia adalah kenaikan harga komoditas akibat krisis. Kondisi ini berpotensi mendorong kenaikan inflasi global. “Kelima, yakni cost of living, yakni krisis akibat tingginya biaya hidup yang juga akan terus mendorong kenaikan inflasi global,” ujar Ketua Umum DPP Partai Golkar ini.

Airlangga mengatakan, dampak pandemi Covid-19 di Indonesia masih memunculkan tantangan produktivitas bagi pemulihan ekonomi nasional tahun depan. Kemenko Perekonomian telah melakukan pencadangan anggaran sekitar Rp 35,2 miliar pada tahun anggaran 2022. Di sisi lain, Pagu indikatif tahun anggaran 2023 meningkat sekitar 6,06 persen dibandingkan tahun 2022.

Hal itu diketahui berdasarkan Surat Edaran Bersama (SEB) Menteri PPN/Kepala Bappenas dan Menteri Keuangan tentang Pagu Indikatif Belanja K/L TA 2023. Pagu indikatif Kemenko Perekonomian tercatat sebesar Rp 471,8 miliar pada 2023, sebelumnya, hanya sekitar Rp 444,9 persen untuk tahun 2022. Anggaran Rp 471,8 miliar, diperuntukkan untuk Program Teknis (koordinasi) sebesar Rp 172 miliar dan Program Dukungan Manajemen sebesar Rp 299,8 miliar.

Kemenko Perekonomian sudah mengajukan penambahan anggaran pada pagu indikatif tahun anggaran 2023. Penambahan ini diperuntukkan bagi kebutuhan peningkatan layanan dukungan manajemen dan penugasan strategis yang belum terakomodir.

Antara lain, peningkatan pengendalian internal, transformasi kelembagaan KEK, pelaksanaan keketuaan ASEAN 2023, PMO Transformasi Ekonomi Digital, rekomendasi kebijakan pemanfaatan teknologi hijau untuk percepatan transisi energi dan pengembangan wilayah, serta rekomendasi kebijakan valuasi ekonomi kebencanaan.

“Dengan usulan tambahan anggaran sebesar Rp 82,2 miliar, maka rincian dalam kelompok program terdiri dari Program Koordinasi Pelaksanaan Kebijakan sebesar Rp 77,2 miliar dan Program Dukungan Manajemen sebesar Rp 5 miliar. Sehingga Pagu Anggaran TA 2023 diusulkan dari semula Rp 471,8 miliar menjadi sebesar Rp 554 miliar,” tegas Menko Airlangga.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement