Selasa 07 Jun 2022 02:45 WIB

Petani Pisang Lampung Harapkan Stabilitas Harga

Stabilitas harga ini guna meningkatkan kesejahteraan petani.

Rep: ANTARA/ Red: Fuji Pratiwi
Pedagang merapikan buah pisang hasil produksi petani lokal (ilustrasi). Sejumlah petani pisang di Lampung mengharapkan adanya stabilitas harga pisang sebagai komoditas unggulan di daerah tersebut guna meningkatkan kesejahteraan petani.
Foto: ANTARA/Mohamad Hamzah
Pedagang merapikan buah pisang hasil produksi petani lokal (ilustrasi). Sejumlah petani pisang di Lampung mengharapkan adanya stabilitas harga pisang sebagai komoditas unggulan di daerah tersebut guna meningkatkan kesejahteraan petani.

REPUBLIKA.CO.ID,BANDARLAMPUNG -- Sejumlah petani pisang di Lampung mengharapkan adanya stabilitas harga pisang sebagai komoditas unggulan di daerah tersebut guna meningkatkan kesejahteraan petani.

Baca Juga

"Untuk pisang setiap tahun setelah Idul Fitri hingga sebulan setelahnya macet parah bahkan sampai tidak terjual," ujar salah seorang petani pisang asal Lampung Selatan, Sjachroedin, saat dihubungi dari Bandarlampung.

Ia mengatakan, saat ini harga jual pisang miliknya hanya Rp 600 per kilogram, dari sebelumnya Rp 1.000-Rp1.500 per kilogramnya. "Harapannya untuk komoditas unggulan bisa mendapatkan jaminan stabilitas harga, sebab setiap tahunnya kejadian serupa terus berulang," kata dia.

Menurut Sjachroedin, pisang milik petani yang ada di daerah Lampung Selatan banyak dijual keluar daerah terutama untuk memenuhi permintaan di Jawa. "Biasanya pisang setelah dikumpulkan dari berbagai tempat, dijual ke Jawa setiap 2 hari sekali sekitar 2-3 ton yang dikirim," tambahnya.

Hal serupa juga dikatakan oleh salah seorang petani pisang lainnya asal Kabupaten Pesawaran, Irul. "Harga pisang sedang kurang bagus sekitar Rp 600-Rp 700 per kilogram. Jadi banyak yang busuk terbuang karena terlalu matang," kata Irul.

Dia melanjutkan, untuk meminimalisasi adanya kerugian akibat tidak stabilnya harga pisang, para petani banyak yang mengalihkan penjualan secara lokal. "Sekarang dijual lokal saja, untuk mencegah kerugian. Keinginan kami setidaknya stabilitas harga saat panen ataupun di saat seperti ini bisa terjaga agar petani tidak kesusahan juga," kata Irul.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement