Senin 06 Jun 2022 22:43 WIB

Populasi Korea Selatan Diprediksi Turun Sepertiganya Dalam 40 tahun

Pakar sebut tingkat kematian tinggi dan rendahnya fertilitas susutkan populasi Korsel

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Warga Korea Selatan berjalan di depan sebuah iklan operasi Rahang Ganda. Jumlah penduduk Korea Selatan diperkirakan akan menurun sepertiganya pada sekitar tahun 2060 menjadi sekitar 35 juta orang. Saat ini total penduduk Korsel sebesar 51,3 juta dan tingkat kematian yang tinggi serta rendahnya tingkat fertilitas negara ini menjadi faktor penurunan tersebut.
Foto: AFP
Warga Korea Selatan berjalan di depan sebuah iklan operasi Rahang Ganda. Jumlah penduduk Korea Selatan diperkirakan akan menurun sepertiganya pada sekitar tahun 2060 menjadi sekitar 35 juta orang. Saat ini total penduduk Korsel sebesar 51,3 juta dan tingkat kematian yang tinggi serta rendahnya tingkat fertilitas negara ini menjadi faktor penurunan tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Jumlah penduduk Korea Selatan diperkirakan akan menurun sepertiganya pada sekitar tahun 2060 menjadi sekitar 35 juta orang. Saat ini total penduduk Korsel sebesar 51,3 juta dan tingkat kematian yang tinggi serta rendahnya tingkat fertilitas negara ini menjadi faktor penurunan tersebut.

Berdasarkan data Statistik Korea pada Maret 2022, dilansir dari kantor berita Yonhap, tingkat kesuburan total negara itu atau jumlah rata-rata anak yang dilahirkan seorang wanita dalam hidupnya, mencapai 0,86 pada periode Januari-Maret 2022.

Andrew Eungi Kim, Profesor Ilmu Internasional Universitas Korea menjelaskan, angka tersebut jauh lebih rendah dari Jepang di angka 1,4 persen.

"Populasi Korea sudah beberapa tahun mengalami penurunan, tapi dua tahun terakhir pandemi semakin mendorong penurunan populasi. Pada sekitar 2060-2070 populasi penduduk diperkirakan anjlok sepertiganya ke 35 juta orang," ujar Prof. Andrew Kim saat menyambut rombongan Indonesia Next Generation Journalist on Korea, di Seoul, pekan lalu. Program ini merupakan kerjasama Foreign Policy of Indonesia (FPCI) dan Korea Foundation.

Ia memaparkan, hal ini terjadi karena banyak anak muda menunda atau tidak menikah atau memiliki bayi di tengah perlambatan ekonomi yang berkepanjangan dan meroketnya harga perumahan.

"Yang paling penting bagi anak-anak muda di Korsel adalah mendapatkan pekerjaan dan tempat tinggal. Karena persaingan ketat, mereka tidak ada waktu untuk memikirkan hal lainnya," tutur Andrew Kim.

Data juga menunjukkan jumlah kematian melonjak 33,2 persen per tahun ke rekor tertinggi 103.363 pada kuartal pertama di tengah pandemi COVID-19 dan penuaan yang cepat. Pada bulan Maret, angka tersebut melonjak 67,6 persen secara tahunan ke level tertinggi baru di 44.487. Dengan demikian, populasi negara itu turun 21.526 pada bulan Maret, mewakili penurunan ke-29 bulan berturut-turut.

Korea Selatan melaporkan penurunan alami pertama dalam populasi pada tahun 2020, karena jumlah kematian melebihi jumlah kelahiran. Total populasi negara itu menurun untuk pertama kalinya tahun lalu, karena tingkat kelahiran yang rendah, penuaan yang cepat dan penurunan orang asing yang masuk karena pandemi.

Sementara itu, laporan terbaru menyebutkan bahwa jumlah warga Korea Selatan yang tinggal di ibu kota Seoul menurun tajam, dan akan terus menurun dalam beberapa dekade mendatang, menurut data Kementerian Dalam Negeri dan Keamanan Korea, Senin (6/6/22).

Dilansir di The Korea Herald, total populasi penduduk asli Korea Selatan di Seoul mencapai 9,49 juta, menunjukkan penurunan yang mengkhawatirkan. Seoul telah dikenal luas sebagai kota berpenduduk 10 juta jiwa. Populasi Seoul, termasuk penduduk asli dan asing, pertama kali melampaui 10 juta bar pada tahun 1988. Pada tahun 1992, jumlah total penduduk di Seoul mencapai 10,97 juta.

Namun, penduduk asli kota terpadat di Korea Selatan telah menurun sejak 2010, tanpa tanda-tanda rebound yang signifikan. Pada tahun 2010, populasi Korea Selatan di Seoul mencapai 10,3 juta. Namun pada tahun 2016, penduduk ibu kota Korea Selatan akhirnya turun di bawah 10 juta untuk pertama kalinya mencapai 9,99 juta. Penurunan berlanjut di tahun-tahun berikutnya, dan angkanya turun sekitar 800 ribu pada Mei tahun ini sejak 2010, data kementerian menunjukkan.

Penurunan populasi penduduk asli Korea Selatan baru-baru ini terutama disebabkan oleh penduduk yang pindah dari ibu kota ke kota-kota baru di sekitar Seoul, menurut lembaga pemikir yang dikelola pemerintah Seoul Institute. Peningkatan pasokan perumahan baru-baru ini di Provinsi Gyeonggi telah mendorong arus keluar penduduk dari Seoul yang mencari perumahan yang lebih terjangkau dan lebih besar, kata lembaga think tank tersebut. Tingkat kesuburan kota yang rendah juga berkontribusi pada penurunan tersebut, tambahnya.

Di sisi lain, populasi di sekitar Provinsi Gyeonggi meningkat pesat. Pada akhir Mei, populasi Provinsi Gyeonggi mencapai 13,58 juta, sekitar 4 juta lebih banyak dari Seoul.

Sebelumnya pada tahun 2010, kesenjangan antara populasi Seoul dan Provinsi Gyeonggi adalah 1,47 juta. Namun, populasi Provinsi Gyeonggi telah meningkat pesat mencapai 11,78 juta pada 2010. Ini melampaui 12 juta pada 2012 dan 13 juta pada 2018.

Badan statistik Korea Selatan memperkirakan bahwa populasi Seoul akan menyusut menjadi 7,2 juta pada 2050 dalam skenario terburuk, turun 25,1 persen dari 9,6 juta pada 2020, sementara total populasi negara itu akan turun menjadi 47,3 juta, turun 8,6 persen dari 51,8 juta pada tahun 2020.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement