Selasa 07 Jun 2022 00:05 WIB

Asing Keluar dari Ekuitas Asia Untuk Bulan Kelima Beruntun

Namun, arus keluar tersebut merupakan yang terkecil dalam lima bulan terakhir.

Rep: ANTARA/ Red: Fuji Pratiwi
Karyawan mengamati layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (9/5/2022). Ekuitas Asia terus menyaksikan arus keluar asing untuk bulan kelima berturut-turut pada Mei 2022.
Foto: Prayogi/Republika.
Karyawan mengamati layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (9/5/2022). Ekuitas Asia terus menyaksikan arus keluar asing untuk bulan kelima berturut-turut pada Mei 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, BENGALURU -- Ekuitas Asia terus menyaksikan arus keluar asing untuk bulan kelima berturut-turut pada Mei 2022. Kondisi itu akibat investor dilanda kekhawatiran atas langkah-langkah pengetatan moneter oleh bank-bank sentral utama dan gangguan rantai pasokan karena penguncian ketat di China.

Investor luar negeri menarik 3,69 miliar dolar AS dari ekuitas Asia, menurut data dari bursa saham di Taiwan, India, Korea Selatan, Filipina, Vietnam, Indonesia, dan Thailand. Namun, arus keluar tersebut merupakan yang terkecil dalam lima bulan terakhir.

Baca Juga

"Dengan melonjaknya suku bunga riil dan kekhawatiran resesi, ekuitas telah dijual di seluruh dunia, dan aset-aset berisiko seperti ekuitas EM (Emerging Markets) Asia terlebih lagi, mengingat kekhawatiran seputar pengetatan The Fed dan pengetatan kuantitatif yang akan datang terus menekan mata uang Asia," ungkap Analis Ekuitas Asia-Pasifik BNP Paribas, Manishi Raychaudhuri.

Asing melepas ekuitas India senilai 5,18 miliar dolar AS, jumlah terbesar sejak Maret 2020, di tengah kekhawatiran atas pelemahan rupee dan kenaikan harga minyak. Rupee India mencapai rekor terendah terhadap dolar AS dan tingkat inflasi negara itu juga melonjak ke tertinggi multi-tahun.

Ekuitas Indonesia dan Filipina juga mengalami arus keluar. Namun, Taiwan, Thailand, dan Korea Selatan masing-masing menerima arus masuk senilai 819 juta dolar AS, 611 juta dolar AS, dan 168 juta dolar AS. "Negara-negara seperti Thailand, Indonesia, dan Vietnam, diuntungkan dari perubahan rute rantai pasokan karena pasar mencoba untuk mendiversifikasi ketergantungan pada China, baik di tengah ketegangan perdagangan dan masalah terkait Covid-19," kata Ahli Strategi Daily FX, Ilya Spivak.

Beberapa analis mengatakan ekuitas regional relatif lebih tangguh kali ini, meskipun penjualan agresif oleh asing. Karena bank-bank sentral mereka memiliki cadangan devisa yang kuat dan ekonomi memiliki fundamental ekonomi yang lebih baik.

Ahli Strategi TD Securities Alex Loo memperkirakan penurunan terbatas untuk arus keluar ekuitas lebih lanjut tahun ini. "Ekuitas Asia naik setelah pengetatan kuantitatif pada 2017, mengikuti kenaikan ekuitas AS (S&P 500) yang kemungkinan mendukung arus masuk ekuitas pada 2017."

"Cadangan valas juga lebih besar sekarang dan akan menahan setiap aksi jual agresif di valas jika kondisi keuangan AS terlalu ketat," tambahnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement