Selasa 07 Jun 2022 01:15 WIB

Harga Kebutuhan Pokok di Tasikmalaya Melonjak, Omzet Pedagang Turun

Naiknya harga kebutuhan di Tasikmalaya berdampak pada turunnya omzet pedagang

Rep: Bayu Adji P/ Red: Nashih Nashrullah
Pedagang di Pasar Cikurubuk, Kota Tasikmalaya, menjaga cabai yang dijajakannya, Senin (6/6/2022). Harga cabai rawit domba di Pasar Cikurubuk saat ini mencapai Rp 100 per kilogram. 
Foto: Republika/Bayu Adji P
Pedagang di Pasar Cikurubuk, Kota Tasikmalaya, menjaga cabai yang dijajakannya, Senin (6/6/2022). Harga cabai rawit domba di Pasar Cikurubuk saat ini mencapai Rp 100 per kilogram. 

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA – Harga sejumlah kebutuhah pokok di Kota Tasikmalaya mengalami lonjakan signifikan. Kebutuhan pokok yang harganya meningkat di antaranya adalah cabai dan telur. 

 

Baca Juga

Berdasarkan pantauan Republika.co.id di Pasar Cikurubuk, Kota Tasikmalaya, pada Senin (6/6/2022), harga cabai rawit domba di pedagang eceran mencapai Rp 100 ribu per kilogram. Harga komoditas itu mengalami kenaikan secara bertahap sejak beberapa pekan terakhir. 

 

"Kalau normal mah hanya Rp 30 ribu sampai Rp 40 ribu per kilo. Terusn naik jadi Rp 50 ribu hingga Rp 60 ribu. Sekarang jadi Rp 100 ribu," kata Ina (36 tahun), salah seorang pedagang di Pasar Cikurubuk, Senin (6/6/2022). 

 

Tak hanya cabai rawit domba yang harganya meningkat tajam. Cabai jenis lainnya juga mengalami kenaikan signifikan. 

 

Di kios milik Ina, harga cabai rawit biasa dijual dengan harga Rp 65 ribu hingga Rp 70 ribu per kilogram. Padahal, dalam kondisi normal harganya hanya berkisar Rp 30 ribu per kilogram. 

 

Sementara harga cabai merah, harganya mencapai Rp 60 ribu per kilogram. Dalam kondisi normal, harga cabai merah hanya berkisar Rp 25 per kilogram. "Naiknya semua lebih dari dua kali lipat," kata Ina.

 

Dia menduga kenaikan harga cabai dikarenakan produksi yang berkurang. Sementara permintaan komoditas itu tetap.

Menurut dia, banyak pelanggan di kiosnya yang mengeluh. Pelanggan yang biasa membeli cabai sebanyak 0,5 kilogram jadi hanya membeli 0,25 kilogram.

"Omzet saya juga ikut turun. Biasanya mahal gini pas mau Lebaran, tapi tetap dibeli karena butuh. Sekarang mah gak dibeli jadinya," kata dia. 

 

Sementara itu, salah seorang pedagang lainnya, Soih (45), mengatakan, harga telur ayam di kiosnya mengalami lonjakan. Saat ini, harga telur ayam di kiosnya Rp 29 ribu per kilogram.

Padahal, harga telur ayam saat kondisi normal hanya berkisar Rp 20 ribu hingga Rp 22 per kilogram. "Gak tau naik mengapa? Tahunya dikirim naik," kata dia. 

 

Menurut dia, harga telur ayam saat momen menjelang Lebaran hanya berkisar Rp 24 ribu hingga Rp 25 ribu per kilogram. Namun, pascaLebaran, alih-alih turun, harga telur justru terus naik. "Sekarang mah cuma minyak goreng (curah) yang turun. Yang lain naik semua," kata dia. 

 

Kepala Bidang Ketahanan Pangan, Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan Kota Tasikmalaya, Enung Nurteti, mengakui kenaikan sejumlah komoditas bahan pokok. Menurut dia, kenaikan harga sejumlah bahan pokok itu terjadi lantaran permintaan sedang tinggi. 

 

Pasalnya, saat ini banyak masyarakat yang menggelar hajatan berupa sukuran haji, khitanan, dan pernikahan. Selain itu, sektor kuliner di Kota Tasikmalaya juga mulai beroperasi. 

 

Namun, di sisi lain saat ini masih memasuki musim hujan. Alhasil, banyak hama penyakit yang menyerang tanaman sayuran, khususnya tanaman cabai. Akibatnya, produksi menurun. "Saat produksi menurun, permintaan banyak ada hukum pasar," kata dia saat dikonfirmasi Republika.co.id, Selasa. 

 

Ihwal kenaikan harga telur, Enung mengatakan, permintaan juga sedang tinggi. Selain itu, telur juga digunakan untuk bantuan sosial. Alhasil, harganya juga melambung. 

 

"Momen kenaikan ini biasanya mau Lebaran, tapi momen lebaran kemarin banyak produksinya. Itu masanya panen. Sekarang itu masih baru mulai masa tanam," kata dia. 

 

Dengan kenaikan harga kebutuhan pokok, Enung menganjurkan masyarakat untuk menanam di pekarangan, terutama komoditas cabai. Dengan begitu, permintaan di pasar itu tak terlalu banyak. 

 

Enung menambahkan, pihaknya akan terus melakukan pemantauan harga kebutuhan di pasar. Kenaikan harga itu akan dijadikan bahan evaluasi. "Untuk operasi pasar murah, itu harus pimpinan yang memutuskan. Karena itu yang melaksanakan itu TPID," kata dia.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement