Senin 06 Jun 2022 15:23 WIB

Jerman Hadapi Sanksi Gas Rusia

Mulai Mei 2022, Pada Mei, Rusia memutuskan berhenti memasok Gazprom Germania.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Nidia Zuraya
Tangki minyak terlihat di Wesseling, dekat Cologne, Jerman, Rabu, 6 April 2022. Jerman bersiap menghadapi sanksi gas dari Rusia.
Foto: AP/Martin Meissner
Tangki minyak terlihat di Wesseling, dekat Cologne, Jerman, Rabu, 6 April 2022. Jerman bersiap menghadapi sanksi gas dari Rusia.

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Sanksi Rusia terhadap Gazprom Germania dan anak perusahaannya dapat membebani pembayar pajak Jerman dan pengguna gas tambahan sebesar 5 miliar euro atau 5,4 miliar dolar AS per tahun untuk membayar gas pengganti. Hal itu dilaporkan surat kabar mingguan Welt am Sonntag, mengutip perwakilan industri.

Pada Mei, Rusia memutuskan berhenti memasok Gazprom Germania, yang telah menjadi anak perusahaan Jerman dari Gazprom. Itu setelah Berlin menempatkan perusahaan di bawah manajemen wali karena invasi Rusia ke Ukraina. 

Baca Juga

Sejak itu, regulator energi Bundesnetzagentur, yang bertindak sebagai wali amanat, harus membeli gas pengganti di pasar. Tujuannya memenuhi kontrak pasokan dengan utilitas kota Jerman dan pemasok regional.

Kementerian ekonomi memperkirakan, diperlukan tambahan 10 juta meter kubik per hari. Juru bicara kementerian, membenarkan angka yang dikutip oleh surat kabar tersebut.

"Jumlahnya diperoleh di pasar dan dengan harga pasar. Tidak ada informasi yang dapat diberikan tentang jumlah pastinya karena kerahasiaan komersial," kata juru bicara tersebut, seperti dilansir Reuters, Senin (6/6/2022).

Welt am Sonntag mengatakan, biaya saat ini akan menjadi sekitar 3,5 miliar euro per tahun. Lalu biaya lebih lanjut dapat timbul dari pengisian fasilitas penyimpanan gas alam Rehden yang diperintahkan Menteri Ekonomi Robert Habeck pada Rabu, katanya. 

Surat kabar itu juga mengatakan biaya tambahan akan diteruskan ke pemasok energi dan pelanggan akhir dalam bentuk retribusi gas mulai Oktober. Sementara, juru bicara kementerian mengatakan pasokan tidak berisiko.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement