Ahad 05 Jun 2022 11:24 WIB

Terjadi Ledakan Keras di Kiev

Ledakan terjadi setelah Ukraina mengatakan telah merebut kembali Kota Sievierodonetsk

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
Wali Kota Kiev, Vitali Klitschko mengatakan terdengar sejumlah suara ledakan keras di Ibu Kota Ukraina itu.
Foto: EPA-EFE/ATEF SAFADI
Wali Kota Kiev, Vitali Klitschko mengatakan terdengar sejumlah suara ledakan keras di Ibu Kota Ukraina itu.

REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Wali Kota Kiev, Vitali Klitschko mengatakan terdengar sejumlah suara ledakan keras di Ibu Kota Ukraina itu. Hal ini disampaikan setelah Ukraina mengatakan telah merebut kembali Kota Sievierodonetsk.

"Terjadi sejumlah ledakan di distrik Darnytskyi dan Dniprovskyi di Ibukota, tim penyelamat sudah bekerja di lokasi kejadian, informasi lebih detail akan disampaikan selanjutnya," kata Klitschko di aplikasi kirim pesan Telegram, Ahad (5/6/2022).

Saksi mata mengatakan melihat asap di atas Kiev setelah ledakan terdengar. Sirene darurat terdengar di seluruh Ukraina termasuk di daerah Kiev.

Sebelumnya dilaporkan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy mengatakan artileri Rusia menghancurkan biara Ortodoks Ukraina yang dibangun pada awal abad ke-17. Ukraina mengklaim, Rusia menyerang kompleks biara Svyatohirsk Lavra milik Gereja Ortodoks Ukraina dari Patriarkat Moskow, yang terletak di Donetsk.

“Artileri Rusia menyerang Svyatohirsk Lavra di wilayah Donetsk lagi hari ini.  Menghancurkan Biara All Saints, yang ditahbiskan pada tahun 1912. Biara itu pertama kali dihancurkan selama era Soviet. Kemudian dibangun kembali untuk dibakar oleh tentara Rusia,” ujar Zelenskyy, dilansir Aljazirah, Ahad (5/6/2022).

Zelenskyy menyerukan agar Rusia dikeluarkan dari badan budaya PBB atau UNESCO. Zelenskyy mengatakan, dua biarawan dan seorang biarawati tewas dalam serangan Rusia pada 1 Juni.

“Setiap gereja yang dibakar oleh Rusia di Ukraina, setiap sekolah yang diledakkan, setiap tugu peringatan yang dihancurkan membuktikan bahwa Rusia tidak memiliki tempat di UNESCO,” kata Zelenskyy.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement