Jumat 03 Jun 2022 22:19 WIB

Menko Airlangga Gaungkan Kolaborasi Atasi Pengurangan Kemiskinan

Menko Airlangga ungkap perlunya kolaborasi pemangku kepentingan dan swasta

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Dalam UN Global Compact Leaders Summit, Kamis (2/6), Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan, perubahan perlu dilakukan melalui kolaborasi para pemangku kepentingan yang beragam. Ia mengatakan, forum tersebut merupakan forum yang unik dan penting karena merupakan pertemuan yang mewadahi para pemangku kepentingan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa, pemerintah, pelaku bisnis, dan masyarakat.
Foto: Kemenko Perekonomian
Dalam UN Global Compact Leaders Summit, Kamis (2/6), Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan, perubahan perlu dilakukan melalui kolaborasi para pemangku kepentingan yang beragam. Ia mengatakan, forum tersebut merupakan forum yang unik dan penting karena merupakan pertemuan yang mewadahi para pemangku kepentingan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa, pemerintah, pelaku bisnis, dan masyarakat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah telah menjadikan pembangunan berkelanjutan sebagai dasar dalam upaya melakukan pembangunan nasional. Apalagi terkait peran Indonesia dalam Presidensi G20 2022 di masa pandemi, membuat Indonesia tidak hanya berfokus pada pembangunan berkelanjutan di dalam negeri tetapi juga mengajak negara G20 saling berkolaborasi agar pulih bersama.

Dalam UN Global Compact Leaders Summit, Kamis (2/6), Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan, perubahan perlu dilakukan melalui kolaborasi para pemangku kepentingan yang beragam. Ia mengatakan, forum tersebut merupakan forum yang unik dan penting karena merupakan pertemuan yang mewadahi para pemangku kepentingan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa, pemerintah, pelaku bisnis, dan masyarakat.

“Saya mendukung pentingnya memberdayakan sektor swasta untuk mengambil tindakan dan menginspirasi para pemimpin masa depan untuk menanamkan keberlanjutan dalam pekerjaan mereka,” kata Airlangga.

Sebagai tambahan informasi, UN Global Compact telah menghasilkan komitmen untuk menyinergikan pengembangan Belt Road Initiative (BRI) dan Sustainable Development Goals (SDGs) 2030. 

Lebih lanjut, BRI dan SDGs 2030 telah mendorong seluruh lapisan masyarakat berkolaborasi untuk menggaungkan upaya global dalam mengatasi tantangan lingkungan, iklim, dan pengurangan kemiskinan. Dalam dua tahun terakhir, UN Global Compact BRI untuk SDGs telah menjalankan agenda penting di beberapa bidang yakni infrastruktur kesehatan, lingkungan, serta keuangan hijau dan ekonomi. 

Semua agenda tersebut sejalan dengan semangat Presidensi G20 Indonesia yang mengusung tema “Recover Together, Recover Stronger”. Terkait perubahan iklim, Pemerintah Indonesia telah menetapkan target mencapai nol emisi gas rumah kaca pada tahun 2060.

Airlangga pada kesempatan itu juga menyampaikan, tujuan ini dapat dicapai lebih awal dengan dukungan internasional melalui mekanisme blended finance yang merupakan cara untuk meningkatkan investasi dari sektor swasta dengan pendanaan publik dan filantropi secara strategis.

“Bapak Presiden Joko Widodo telah mengundang para mitra untuk bergabung dengan Indonesia dalam meluncurkan Global Blended Finance Alliance dalam G20 di Bali untuk meningkatkan pengembangan kapasitas, penelitian kebijakan, dan action labs untuk mencapai SDGs. Kami mengundang negara, pemodal, organisasi filantropi, dan mitra trisektor untuk berkolaborasi bersama di modal sektor swasta untuk memecahkan tantangan iklim, kesehatan, dan mencapai SDGs,” tuturnya.

Indonesia menjadi pionir bagi negara-negara perintis platform blended finance yang bekerja dengan mitra multilateral global, filantropis, dan yayasan untuk mewujudkan SDGs. Indonesia menjadi negara pertama di dunia yang mendirikan platform blended finance SDGs yaitu SDG Indonesia One. Sementara itu, Forum Tri Hita Karana yang dibentuk pada tahun 2018 juga telah berhasil menggalang komitmen dana sebesar 10 miliar dollar dan pada tahun 2022 ditargetkan sebesar 30 miliar dollar.

“Kita tidak hanya bertanggung jawab dengan pembangunan berkelanjutan dan pemulihan ekonomi akibat pandemi untuk saat ini saja, tetapi juga untuk generasi selanjutnya. Tantangan yang ada saat ini mengharuskan kita membuat sejarah untuk melakukan perubahan sistem melalui kolaborasi berbagai pihak. Harapan ada di tangan kita. Let’s Recover Together, Recover Stronger!,” jelas dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement