Jumat 03 Jun 2022 19:33 WIB

Tiga Kecamatan Terpapar PMK, Kota Bandung Catat Satu Kematian

Tiga kecamatan di Kota Bandung terpapar PMK dan mencatatkan satu kematian.

Petugas memeriksa kesehatan hewan sapi di UPT Rumah Potong Hewan (RPH) Ciroyom, Jalan Arjuna, Cicendo, Kota Bandung. Tiga kecamatan di Kota Bandung terpapar PMK dan mencatatkan satu kematian.
Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Petugas memeriksa kesehatan hewan sapi di UPT Rumah Potong Hewan (RPH) Ciroyom, Jalan Arjuna, Cicendo, Kota Bandung. Tiga kecamatan di Kota Bandung terpapar PMK dan mencatatkan satu kematian.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG — Satu kematian akibat Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) tercatat di Kota Bandung. Penyakit yang menyarang hewan berkuku belah, khususnya hewan ternak ini telah menewaskan satu sapi yang sebelumnya tengah menjalani karantina setelah terindikasi positif PMK.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Bandung Gin Gin Ginanjar mengatakan, dari lima sapi yang terkonfirmasi positif, satu diantaranya mati akibat kondisi yang semakin memburuk, sedangkan satu lainnya terpaksa disembelih demi menghindari meluasnya penyakit ke hewan ternak lain. Alhasil, hingga kini, hanya tiga ekor sapi yang masih tersisa, kata Gin Gin.

Baca Juga

“Jadi dari lima ekor yang positif itu, sekarang tersisa tiga ekor. Satu mati karena kondisinya semakin parah, satu lagi dipotong karena peternaknya khawatir menyebar ke sapi yang lain,” kata Gin Gin, Jumat (3/6/2022).

Dia mengatakan saat ini ketiga sapi yang tersisa masih dalam perawatan. Sementara itu, tercatat penambahan kasus PMK di wilayah Cisurupan, Kota Bandung. Saat ini, empat sapi yang terdiri dari dua sapi perah dan dua sapi potong tengah menjalani pemeriksaan di Balai Kota Veteriner Subang.

“Jadi untuk di Cisurupan di ambil 4 sempel 2 sapi perah 2 lagi sapi potong, tinggal nunggu hasilnya biasanya 2 hingga 3 hari,” kata dia. 

Selain Cisarupan, penambahan kasus PMK juga ditemukan di Bandung Kulon, dimana lima ekor sapi telah diuji untuk pengambilan sampel dan masih menunggu hasil dari Balai Veterine. Jika diakumulasi, sejauh ini telah ada tiga kecamatan di Kota Bandung yang telah terpapar PMK.

“Jadi kalau dilihat dari jumlah Kecamatan sudah 3 tiga kecamatan Yaitu Cibiru, Cisurupan dan Bandung Kulon,” kata Gin Gin.

“Kalau dari Cibiru jumlah sekitar 18 ekor, jadi asumsinya walau pun ada koloni kemudian ada yang sebagainya sakit itu bisa diindikasikan bahwa itu terduga, dan itu harus dilakukan pengamanan sampai pada akhirnya keluar hasil,” sambungnya.

Dia mengatakan, saat ini ada delapan hewan ternak yang telah dilakukan pengambilan sampel darah untuk diperiksa di Balai Veteriner Subang.

Dia mengatakan, delapan sampel darah hewan ternak yang diuji berasal dari peternak di Kelurahan Cisurupan, Kecamatan Cibiru dan Kecamatan Bandung Kulon. Total hewan ternak yang diambil sampel darah di Cisurupan berasal dari tiga peternak, tambahnya.

Sementara itu, Dinas Pertanian (Distan) Kabupaten Bandung mencatat hingga kini sudah ada 1.276 ekor berbagai jenis hewan ternak yang terjangkit penyakit mulut dan kuku (PMK).

Kepala Distan Kabupaten Bandung Tisna Umaran mengatakan penyebaran PMK itu kini tergolong cepat ketika ada satu wilayah yang memiliki hewan ternak yang terjangkit PMK.

"Ini yang dikhawatirkan dan diwaspadai oleh kita karena tingkat penyebarannya yang cepat," kata Tisna di Bandung, Jawa Barat, Kamis (3/6/2022).

Dia mencatat, 1.276 ekor hewan ternak yang terjangkit PMK itu terdiri dari 1.050 ekor sapi perah, 212 sapi potong, 11 domba, dan tiga kerbau. Menurutnya sejumlah daerah yang memiliki penyebaran PMK terhadap hewan ternak itu mulai dari kawasan Cikancung, Pacet, Kertasari Pangalengan, Ciwidey, Pasir Jambu, Cilengkrang, Cileunyi, dan Margaasih.

Jika ada suatu wilayah atau peternakan yang memiliki hewan terjangkit PMK, maka menurutnya para peternak hewan dalam radius 10 kilometer dari wilayah itu harus bersiaga. Kini menurutnya seribuan hewan yang terjangkit PMK itu telah diisolasi agar menghindari kontak dengan hewan lain.

Menurutnya isolasi tersebut dilakukan dengan cara menyiapkan kandang khusus. "Sehingga pemberian makannya bisa lebih intensif, ada beberapa ramuan ada yang pakai madu, air kelapa, pakai telor," kata dia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement