Kamis 02 Jun 2022 21:13 WIB

Idul Adha 2022 Diprediksi akan Terjadi Perbedaan, Begini Penjelasannya

Perbedaan Idul Adha 2022 diperkirakan muncul pada dua hari yaitu 9 dan 10 Juli

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Nashih Nashrullah
Ilustrasi rukyatul hilal Idul Adha 2022. Perbedaan Idul Adha 2022 diperkirakan muncul pada dua hari yaitu 9 dan 10 Juli
Foto: ANTARA/Moch Asim/nz
Ilustrasi rukyatul hilal Idul Adha 2022. Perbedaan Idul Adha 2022 diperkirakan muncul pada dua hari yaitu 9 dan 10 Juli

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Hari Raya Idul Adha 1443 Hijriyah di Indonesia diperkirakan akan terjadi perbedaan waktu.

Hal ini disampaikan peneliti Astronomi Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional-Badan Riset dan Inovasi Nasional  (Lapan-BRIN), Prof Thomas Djamaluddin. 

Baca Juga

"Kemungkinan besar terjadi perbedaan. Dengan kriteria wujudul hilal Muhammadiyah, Idul Adha jatuh pada 9 Juli 2022. Sedangkan dengan kriteria baru MABIMS (yang digunakan pemerintah), Idul Adha 1443 H yaitu pada 10 Juli 2022," kata dia kepada Republika.co.id, Kamis (2/6/2022). 

Lebih lanjut, Thomas menjelaskan, dalam kriteria wujudul hilal, tinggi bulan saat Maghrib di Indonesia pada 29 Juni sudah berada di atas ufuk sehingga dinyatakan sudah memenuhi kriteria wujudul hilal. Dengan demikian, Muhammadiyah, yang menggunakan hisab hakiki dengan kriteria wujudul hilal, menetapkan Idul Adha 1443 H jatuh pada 9 Juli 2022.

"Tetapi, pada 29 Juni tersebut, tinggi bulan kurang dari 3 derajat dan elongasi (jarak sudut bulan-matahari) kurang dari 6,4 derajat, sehingga 1 Zulhijjah jatuh pada 1 Juli dan Idul Adha pada 10 Juli," kata anggota Tim Unifikasi Kalender Hijriyah Kementerian Agama itu.

PP Muhammadiyah telah menetapkan 10 Dzulhijjah 1443 Hijriyah atau Hari Idul Adha bertepatan 9 Juli 2022. Pakar falak Muhammadiyah, Oman Fathurrahman, mengatakan  penetapan tersebut dilakukan berdasarkan hasil hisab hakiki wujudul hilal.

Dia melanjutkan, penetapan itu disampaikan melalui maklumat tentang penetapan hasil hisab bulan Zulhijjah 1443 H. Dalam maklumat juga terdapat hasil hisab Ramadhan dan Syawal 1443 H. "Hisabnya hisab hakiki, dan kriterianya menggunakan wujudul hilal," tutur Wakil Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah itu kepada Republika.co.id, Kamis (2/6). 

Muhammadiyah menggunakan hisab hakiki dengan kriteria wujudul hilal. Hisab hakiki merujuk pada gerak faktual bulan di langit sehingga bermula dan berakhirnya bulan Qamariyah didasarkan pada kedudukan atau perjalanan bulan benda langit tersebut.

Hisab hakiki dengan kriteria wujudul hilal, berarti bahwa matahari terbenam lebih dahulu daripada bulan meski hanya berjarak satu menit atau kurang. Dengan hisab hakiki kriteria wujudul hilal ini, bulan Qamariyah baru dimulai jika telah terpenuhi tiga syarat secara kumulatif pada hari ke-29 berjalan saat matahari terbenam.

Pertama, telah terjadi ijtimak (konjungsi). Kedua, ijtimak terjadi sebelum matahari terbenam. Ketiga, pada saat matahari terbenam, bulan masih di atas ufuk. Bila salah satu dari tiga tidak terpenuhi, maka bulan berjalan digenapkan tiga puluh hari dan bulan baru dimulai lusa. 

"Pada Rabu legi, 29 Dzulqaidah 1443 H bertepatan dengan 29 Juni 2022, ijtimak jelang Dzulhijjah 1443 H terjadi pada pukul 09.55.07 WIB. Hilal sudah wujud, dan di seluruh wilayah Indonesia pada saat matahari terbenam itu bulan berada di atas ufuk," tutur Oman. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement