Kamis 02 Jun 2022 11:49 WIB

Rusia Masuki Kawasan Industri Donbas

Rusia semakin dekat mengklaim kemenangan besar di Donbas

Rep: Fergi Nadira B/ Red: Esthi Maharani
Pasukan Rusia mulai masuk ke pusat kota industri Ukraina Sievierodonetsk
Foto: EPA-EFE/MIKHAIL PALINCHAK
Pasukan Rusia mulai masuk ke pusat kota industri Ukraina Sievierodonetsk

REPUBLIKA.CO.ID, KIEV - Pasukan Rusia mulai masuk ke pusat kota industri Ukraina Sievierodonetsk pada Rabu (1/5/2022). Mereka perlahan lebih dekat untuk mengeklaim kemenangan besar dalam serangan di wilayah Donbas timur.

Setelah berhari-hari pertempuran sengit di sekitar Sievierodonetsk, pasukan Rusia beringsut maju melalui jalan-jalan kota. Ukraina mengatakan sekitar 70 persen kota berada di bawah kendali Rusia.

"Musuh telah memasuki pusat Sievierodonetsk dan mencoba untuk mengambil posisi," kata juru bicara militer Ukraina Oleksandr Motuzyanyk dalam sebuah pengarahan.

Jika Rusia merebut kota dan wilayah yang lebih kecil, Lysychansk di tepi barat sungai Siverskyi Donets, mereka akan menguasai seluruh Luhansk. Ini adalah salah satu dari dua provinsi di Donbas yang diklaim Moskow atas nama separatis.

Baca juga : Lavrov: GCC Tolak Gabung Barat dan Jatuhkan Sanksi ke Rusia

Menguasai Luhansk secara keseluruhan akan memenuhi salah satu tujuan utama Presiden Rusia Vladimir Putin. Langkah ini memperkuat pergeseran momentum medan perang setelah pasukannya didorong mundur dari ibu kota Kiev dan dari Ukraina utara.

Di kota Rubizhne yang terkena bombardir Rusia penduduk mengisi kendi dengan air di stasiun bantuan darurat. Kendaraan militer yang hancur berserakan di jalan-jalan yang dipenuhi dengan bangunan tempat tinggal yang rusak berat.  Anak-anak duduk diam di tempat perlindungan bom. Di luar, asap hitam membubung di atas gereja Ortodoks berkubah merah.

Gubernur regional Luhansk, Serhiy Gaidai, mengatakan bahwa warga sipil berlindung dari serangan Rusia di bawah pabrik kimia Sievierodonetsk. Wilayah itu terkena serangan udara pada Selasa.

"Ada warga sipil di sana di tempat perlindungan bom, ada beberapa dari mereka yang tersisa, kebanyakan dari mereka tidak ingin pergi," kata Gaidai. Reuters tidak dapat secara independen mengkonfirmasi akun tersebut, Gaidai mengatakan, sekitar 15.000 orang tetap berada di kota.

Baca juga : Menang dari Amber Heard, Karier Johnny Depp di Hollywood Diprediksi Bakal Kembali

Gaidai telah memperingatkan bahwa pasukan Ukraina di Sievierodonetsk dapat dipaksa mundur ke Lysychansk, yang menurutnya lebih mudah dipertahankan dari posisinya di atas bukit. Tetapi pasukan Rusia akan menargetkannya dengan artileri dan mortir setelah menguasai penuh Sievierodonetsk.

Putin mengirim pasukannya melintasi perbatasan untuk operasi militer khusus pada 24 Februari guna melucuti senjata dan "mendenazifikasi" Ukraina. Ukraina dan sekutunya menyebut ini sebagai dalih tak berdasar untuk perang agresi dan Barat telah menjatuhkan sanksi keras terhadap Rusia dalam upaya mencekik ekonominya.

Sementara itu, dalam dorongan untuk membantu pasukan Ukraina, Amerika Serikat (AS) mengumumkan paket senjata terbaru senilai 700 juta dolar yang akan mencakup sistem roket canggih yang mampu mencapai target hingga 80 km jauhnya. Moskow menuduh AS menambahkan bahan bakar ke api.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken pada Rabu (1/6/2022) mengatakan Ukraina berjanji tidak akan menggunakan sistem itu untuk mencapai target di dalam Rusia. Presiden AS Joe Biden berharap memperluas jangkauan artileri Ukraina akan membantu mendorong Moskow untuk merundingkan diakhirinya perang.

Baca juga : Ratu Inggris Terharu dengan Sambutan Perayaan Jubilee Platinum

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement