Kamis 02 Jun 2022 11:39 WIB

AS Berencana Jual Empat Drone Canggih ke Ukraina

AS berencana untuk menjual empat drone MQ-1C Gray Eagle

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Pencuri Ukraina membawa drone militer Rusia berlatar belakang Antonov An-225, pesawat kargo terbesar di dunia yang dihancurkan oleh pasukan Rusia selama pertempuran baru-baru ini, di bandara Antonov di Hostomel, di pinggiran Kyiv, Ukraina, Senin, 18 April 2022.
Foto: AP/Efrem Lukatsky
Pencuri Ukraina membawa drone militer Rusia berlatar belakang Antonov An-225, pesawat kargo terbesar di dunia yang dihancurkan oleh pasukan Rusia selama pertempuran baru-baru ini, di bandara Antonov di Hostomel, di pinggiran Kyiv, Ukraina, Senin, 18 April 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) berencana untuk menjual empat drone MQ-1C Gray Eagle yang dapat dipersenjatai dengan rudal Hellfire ke Ukraina, untuk digunakan di medan perang melawan Rusia. Hal itu dikemukakan tiga sumber yang mengetahui persoalan tersebut.

Sumber tersebut mengatakan, penjualan drone buatan General Atomics masih harus mendapatkan persetujuan Kongres. Menurut sumber itu, penjualan drone bisa saja tidak disetujui Kongres. Selain itu, ada juga risiko pembalikan kebijakan pada menit-menit terakhir yang dapat menggagalkan rencana tersebut.

Ukraina telah menggunakan beberapa jenis sistem udara tak berawak jarak pendek yang lebih kecil untuk melawan pasukan Rusia, yang telah melancarkan serangan sejak 24 Februari. Drone yang digunakan antara lain AeroVironment RQ-20 Puma AE, dan Bayraktar-TB2 buatan Turki.

Drone Gray Eagle mewakili lompatan dalam teknologi  karena dapat terbang hingga 30 jam atau lebih tergantung pada misinya. Drone ini juga dapat mengumpulkan data dalam jumlah besar untuk tujuan intelijen.

Gray Eagles, atau versi Angkatan Darat dari drone Predator yang lebih dikenal luas, juga dapat membawa hingga delapan rudal Hellfire. Penjualan itu signifikan karena menempatkan sistem AS yang canggih dan mampu melakukan beberapa serangan di medan perang untuk melawan Rusia pertama kalinya.

Pemerintah AS akan memberikan pemberitahuan ke Kongres tentang potensi penjualan senjata canggih ke Ukraina dalam beberapa hari mendatang. Uang dari Inisiatif Bantuan Keamanan Ukraina senilai 40 miliar dolar AS telah disisihkan untuk mendanai kemungkinan penjualan dan pelatihan yang diperlukan untuk drone.

“Umumnya MQ-1C adalah pesawat yang jauh lebih besar dengan berat lepas landas maksimum sekitar tiga kali lipat dari Bayraktar-TB2, dengan keunggulan yang sepadan dalam kapasitas muatan, jangkauan, dan daya tahan,” kata pakar drone, Dan Gettinger dari Vertical Flight Community.

MQ-1C juga kompatibel dengan lebih banyak variasi amunisi daripada Bayraktar-TB2. Drone Bayraktar dilengkapi rudal MAM-L buatan Turki dengan berat 22 kg, atau sekitar setengah berat Hellfire.

Pelatihan sistem drone yang dibuat oleh General Atomics biasanya memakan waktu berbulan-bulan. Tetapi rencana dasar untuk melatih pengelola dan operator Ukraina yang berpengalaman dalam beberapa minggu telah diusulkan.

Mempersenjatai drone dengan rudal Hellfire akan dilakukan melalui Presidential Drawdown Authority (PDA), setelah pelatihan selesai. Melalui PDA, presiden dapat mengizinkan transfer langsung barang dan layanan dari saham AS tanpa persetujuan kongres sebagai tanggapan atas "darurat yang tidak terduga".

Ukraina akan mendapatkan empat sistem roket HIMARS dari AS. Pentagon telah menekankan bahwa sistem yang lebih kecil seperti sistem anti-tank Javelin dan rudal anti-pesawat Stinger, yang dikirim oleh sekutu ke Ukraina adalah senjata paling penting untuk menghadapi Rusia. Raytheon Technologies dan Lockheed Martin Corp bersama-sama memproduksi Javelin, sementara Raytheon membuat Stingers.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement