Rabu 01 Jun 2022 20:20 WIB

Pemkot Bogor Berharap Perbaikan Jembatan Otista Dibiayai Pemprov Jabar

Pemkot Bogor tengah memperjuangkan anggaran perbaikan dan pelebaran jembatan Otista.

Rep: Shabrina Zakaria/ Red: Ilham Tirta
Kondisi jembatan di Jalan Otista, Kota Bogor yang mengalami kerusakan usai diberlakukannya sistem satu arah.
Foto: Republika/Imas Damayanti
Kondisi jembatan di Jalan Otista, Kota Bogor yang mengalami kerusakan usai diberlakukannya sistem satu arah.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Kemacetan yang terjadi di sekitar Tugu Kujang, Kota Bogor kerap terjadi lantaran terdapat bottle neck atau penyempitan jalan di Jalan Otto Iskandardinata (Otista). Karena itu, Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor tengah memperjuangkan anggaran perbaikan dan pelebaran Jembatan Otista.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Bogor, Chusnul Rozaqi, mengatakan, Pemkot Bogor sebenarnya sudah berjuang meminta bantuan anggaran ke pemerintah pusat. Namun permintaan perbantuan anggaran tersebut hingga kini belum membuahkan hasil.

Baca Juga

Saat ini, kata dia, pihaknya tengah mengusulkan ke Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Jabar), agar bisa mengalokasikan anggaran perbaikan dan pelebaran jembatan.

“Mudah-mudahan masuk ke Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RKPD)-nya Pemprov buat kegiatan 2023,” katanya, Rabu (1/6/2022).

Menurut dia, Pemprov Jabar sempat menganggarkan perbaikan dan pelebaran Jembatan Otista pada 2020, namun batal karena terkena refocusing. Karena anggaran yang dibutuhkan cukup besar, yakni sekitar Rp 52 miliar. Dinas PUPR Kota Bogor memutuskan meminta bantuan dari Pemprov Jabar.

Pihaknya optimis Pemprov Jabar akan merealisasikan pembangunan Jembatan Otista. Sebab, dari 30 kegiatan yang diajukan Kota Bogor untuk diintervensi oleh Jabar, proyek Jembatan Otista menjadi prioritas.

Selain itu, kata dia, Wali Kota Bogor sudah meminta langsung kepada Gubernur Jabar Ridwan Kamil atau Kang Emil terkait permintaan bantuan proyek Jembatan Otista karena kebutuhan yang penting. “Ini usulan prioritas yang sudah ditindak lanjut oleh pak wali yang sudah minta langsung ke gubernur,” ujarnya.

Untuk konsep pembangunan, ada dua desain yang ditawarkan. Yakni hanya melakukan pelebaran jembatan saja atau membangun ulang jembatan berikut pelebaran. Dari dua kemungkinan itu, kata dia, tergantung kajian kedepan.

“Kita punya dua desain. Yang satu pelebaran saja, yang satu lagi bangun total. Cuma pertimbanganya, kalau tutup total, jembatan bisa baru tapi dampaknya jalan Otista juga ditutup total. Nah ini yang harus kita pikirkan dampaknya,” katanya.

Chusnul menegaskan, kemungkinan terbesarkan opsi yang dipilih ialah pelebaran jembatan. Sebab, dampaknya tidak terlalu besar untuk arus lalu lintas di pusat Kota Bogor. “Sedangkan kalau melihat nilai, dua desain itu kebutuhannya hampir sama,” kata dia.

Ia juga memastikan pelebaran jembatan Otista tidak akan berbarengan dengan perbaikan Jembatan Sempur seperti rencana pada beberapa tahun lalu. Sebab, jika kedua jembatan dibangun di tahun yang sama, maka dampak lalu lintas akan sangat berat karena berada dalam satu rangkaian jalan seputaran sistem satu arah (SSA) Kebun Raya Bogor (KRB). “Kalau dua-duanya dikerjakan bareng bisa macet total."

Sejauh ini, untuk memuluskan rencana pelebaran Jembatan Otista, Pemkot Bogor sudah melakukan pembebasan lahan di sekitar jembatan, tepat di Kelurahan Babakanpasar dengan anggaran Rp 7,5 miliar. “Pembebasan sudah. Mudah-mudahan tahun ini masuk RKPD Jabar, jadi akhir tahun ini bisa mulai lelang. Jadi awal tahun 2023 bisa langsung pelaksanaan,” kata Chusnul.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement