Rabu 01 Jun 2022 13:33 WIB

Pemkot Makassar Harap Bank Sampah Jadi Alternatif Pengelolaan Sampah

Pengembangan bank sampah ke depan bisa menerapkan sistem digitalisasi.

Rep: ANTARA/ Red: Fuji Pratiwi
Pengelola bank sampah memilah sampah plastik (ilustrasi). Pemerintah Kota Makassar berharap unit-unit bank sampah di setiap kecamatan bisa menjadi alternatif dalam pengelolaan persampahan di kota tersebut.
Foto: ANTARA/Hendra Nurdiyansyah
Pengelola bank sampah memilah sampah plastik (ilustrasi). Pemerintah Kota Makassar berharap unit-unit bank sampah di setiap kecamatan bisa menjadi alternatif dalam pengelolaan persampahan di kota tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Pemerintah Kota Makassar berharap unit-unit bank sampah di setiap kecamatan bisa menjadi alternatif dalam pengelolaan persampahan di kota tersebut.

Sekretaris Daerah Kota Makassar Muh Ansar di Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (1/6/2022), menekankan pentingnya pengoptimalan pengelolaan sampah berkelanjutan yang salah satunya melalui bank sampah. "Persoalan sampah di kota Makassar dihadapkan pada beberapa isu, di antaranya tingginya angka timbunan sampah yang dipengaruhi tingginya tingkat pertumbuhan penduduk," ujarnya.

Baca Juga

Muh Ansar dalam peluncuran USAID Clean Cities Blue Ocean juga menyampaikan beberapa informasi terkait jumlah sampah yang dihasilkan masyarakat Makassar setiap hari. Ia menyebutkan data dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Tahun 2020, warga Makassar menghasilkan sampah sekira 1.000 ton per hari atau sekitar 30.000 dalam sebulan.

Bukan cuma itu, masih rendahnya tingkat pengelolaan sampah dimana sebanyak 88 persen diantaranya diangkut ke tempat pembuangan akhir (TPA) dan hanya 10 persen yang berhasil diolah. Ansar berharap isu tentang ketersediaan sarana dan prasarana persampahan, keterbatasan kapasitas serta daya tampung TPA dan belum masifnya gerakan inovasi pengelolaan sampah bisa disikapi bersama.

"Harapan alternatif ada di bank sampah, dalam hal mengurangi sampah, meskipun komposisi sampah saat ini sebetulnya 60 sampai 70 persen masih organik, sisanya 30 sampai 40 persen anorganik. Itu pun tidak semuanya bisa bernilai ekonomi," katanya.

Menurut dia, pengembangan bank sampah ke depan bisa menerapkan sistem digitalisasi melalui perusahaan rintisan pusat yang akan membeli semua sampah dari starup lorong, sehingga harga sampah yang mempunyai nilai ekonomi tetap terjaga.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement