Selasa 31 May 2022 19:10 WIB

Pembicaraan Serius Koalisi Gerindra-PDIP, Siapa yang Jadi Capresnya?

Gerindra membantah adanya kewajiban menindaklanjuti Perjanjian Batu Tulis pada 2009.

Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto bersilaturahim ke kediaman Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri, Senin (2/4).
Foto: Istimewa
Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto bersilaturahim ke kediaman Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri, Senin (2/4).

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Nawir Arsyad Akbar, Febrianto Adi Saputro

Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Desmond J Mahesa, mengatakan bahwa partainya belum memutuskan hal yang terkait koalisi untuk Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Namun, ia mengungkapkan bahwa partainya sudah ada pembicaraan serius dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).

Baca Juga

"Sudah ada pembicaraan serius. Kalau menurut saya masing-masing belum menjurus ke arah sana," ujar Desmond di Gedung Nusantara II, Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (31/5).

Mayoritas kader Partai Gerindra, kata dia, mendorong agar Prabowo Subianto untuk kembali maju sebagai calon presiden (capres). Namun, ia menyebut masih ada hal-hal yang perlu diperhitungkan pihaknya. 

"Yang saya tahu semua masih pasang kuda-kuda gitu lho. Masing-masing berhitung, untung-ruginya," ujar Desmond.

Selain itu, ia juga membantah sudah adanya perjanjian antara Partai Gerindra dan PDIP untuk mengusung Prabowo-Puan untuk Pilpres 2024. Perjanjian tersebut diisukan merupakan tindak lanjut dari Perjanjian Batu Tulis pada 2009. 

"Menurut saya tidak ada (perjanjian memasangkan Prabowo-Puan) atau saya tidak tahu," ujar Desmond.

Ketua Harian DPP Partai Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad mengamini jika mayoritas kader, pengurus, dan simpatisan mendorong kembali Prabowo Subianto sebagai capres di 2024. Namun, deklarasinya disebut masih akan menunggu waktu.

"Pada saatnya nanti kita akan umumkan pada waktu yang tepat untuk mendeklarasikan Pak Prabowo (calon) presiden," ujar Dasco di Politeknik Ahli Usaha Perikanan, Jakarta, Sabtu (21/5).

Organisasi yang terhimpun di bawah Partai Gerindra juga disebutnya sudah melakukan deklarasi untuk mendorong Prabowo sebagai capres. Kendati demikian, partai berlambang kepala garuda itu masih akan terus melakukan konsolidasi.

"Sampai saat ini Partai Gerindra masih melakukan konsolidasi di akar rumput," ujar Dasco.

Peneliti Indikator Politik Indonesia Bawono Kumoro menilai, kedekatan antarelite partai menjadi pertimbangan PDIP dalam membentuk koalisi. Hal tersebut didasarkan dari pemilihan umum (pemilu) sebelumnya. 

PDIP, jelas Bawono, memiliki peluang berkoalisi dengan partai politik yang pernah berkoalisi dengannya di kontestasi sebelumnya. Salah satu contohnya yang berpeluang terjadi adalah koalisi dengan Partai Gerindra, yang pernah bekerja sama untuk Pilpres 2009.

"Kedekatan antarelite ketua umum itu paling sangat menentukan, ketimbang faktor lain. Karena kalau faktor presidential threshold, PDIP sendiri sudah bisa. Karena itu sering kita dengar isu atau rumor Prabowo-Puan," ujar Bawono dalam sebuah diskusi daring, Kamis (19/5).

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement