Senin 30 May 2022 10:44 WIB

Saham Migas Melonjak, IHSG Lanjutkan Penguatan

Kenaikan IHSG ditopang oleh saham-saham yang berkaitan dengan migas dan batu bara.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Fuji Pratiwi
Karyawan mengamati layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (9/5/2022) (ilustrasi). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat pada perdagangan awal pekan ini, Senin (30/5/2022).
Foto: Prayogi/Republika.
Karyawan mengamati layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (9/5/2022) (ilustrasi). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat pada perdagangan awal pekan ini, Senin (30/5/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat pada perdagangan awal pekan ini, Senin (30/5/2022). IHSG naik ke posisi 7.052,17 setelah sempat ditutup melonjak di atas dua persen pada perdagangan sebelumnya. 

Kenaikan IHSG ditopang oleh saham-saham yang berkaitan dengan migas dan komoditas batu bara. ADMR naik sebesar 2,95 persen disusul INCO yang menguat 2,24 persen. Sementara PTBA dan ANTM masing-masing melonjak 1,36 persen dan 0,81 persen. 

Baca Juga

Naiknya saham-saham migas ini sejalan dengan kenaikan harga minya dunia. "Harga minyak mentah bergerak naik pada Jumat menjelang libur akhir pekan Memorial Day yang menandakan dimulainya musim puncak permintaan BBM di AS," tulis Phillip Sekuritas Indonesia dalam risetnya, Senin (30/5/2022). 

Selain itu, menurut riset, pergerakan naik indeks saham di Asia pagi ini juga ditopang oleh sentimen positif dari laporan yang menyebut jumlah kasus Covid-19 di Cina mencatatkan penurunan. Pelaku usaha pun dapat memulai kembali usahanya mulai Rabu nanti setelah tidak beroperasi selama dua bulan akibat kebijakan lockdown.

Indeks saham di Asia pagi ini dibuka menguat setelah indeks saham utama di Wall Street akhir pekan lalu di tutup naik. Kenaikan ini didorong oleh optimisme yang semakin kuat bahwa bank sentral AS akan dapat memperketat kebijakan moneter tanpa mendorong ekonomi jatuh ke dalam jurang resesi.

"Sinyal perlambatan pertumbuhan ekonomi AS telah membangkitkan harapan bahwa Federal Reserve mungkin tidak perlu memperketat kebijakan moneter secara agresif seperti yang dibayangkan sebelumnya oleh investor," kata Phillip Sekuritas Indonesia.

Menurut riset, investor sekarang mempertimbangkan 35 persen probabilitas suku bunga acuan Federal Fund rate (FFR) akan berada di kisaran 2,25 - 2,50 persen setelah pertemuan kebijakan Federal Reserve di bulan September. Perkiraan tersebut turun dari probabilitas pada minggu lalu yang masih sebesar 50 persen.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement