Ahad 29 May 2022 13:45 WIB

Yang Terungkap dari Investasi Telkom di GOTO

GOTO kini menjelma sebagai pemain digital utama di Asia

Mitra layanan ojek daring Gojek menunjukkan logo merger perusahaan Gojek dan Tokopedia
Foto: Antara/Aditya Pradana Putra
Mitra layanan ojek daring Gojek menunjukkan logo merger perusahaan Gojek dan Tokopedia

REPUBLIKA.CO.ID --- Oleh: Feby Azrian, CoFounder Cuan Institute

Kontroversi investasi PT Telkom (TLKM), melalui Telkomsel, ke GOTO menyisakan banyak hal menarik. Termasuk fakta sesungguhnya bahwa TLKM sebenarnya masuk dengan harga lebih murah, Rp 270 per lembar saham, dibanding Google, Temasek Singapura, AIDA Uni Emirat Arab, yang masuk dengan harga Rp 375 per lembar.

Baca Juga

Ini merupakan kisah di balik fakta yang selama ini jarang diketahui oleh khalayak. Termasuk oleh para pengkritik dan saya sendiri. Di sinilah saya perlu merasa berterima kasih. Karena dipersoalkan banyak orang, akhirnya sederet fakta terungkap.

Begini ceritanya.. 

Telkomsel pertama kali investasi di Gojek pada 16 November 2020 dalam bentuk pembelian obligasi konversi (convertible bonds) senilai US$150 juta. Maksudnya, TLKM memiliki opsi untuk mengonversi atau mengubah pinjaman tersebut menjadi saham. Selain itu, TLKM memiliki opsi untuk membeli saham tambahan senilai US$300 juta.   

Pada Mei 2021, Gojek merger dengan Tokopedia. Pernikahan dua raksasa ini tentu membuat nilai keduanya meningkat berkali kali lipat. Dan sudah tentu harga per lembar sahamnya juga ikut mendaki. Jumlah lembar saham yang dimiliki Telkomsel juga berbiak karena perusahaan melakukan pemecahan nilai saham (stocksplit) sebagai bagian dari proses merger dan persiapan initial public offering (IPO). 

Keputusan bersejarah merger Gojek-Tokopedia menuai apresiasi luar biasa dari investor. Merger diyakini akan mengubah lanskap ekonomi digital Indonesia dan membawa GOTO, nama entitas perusahaan hasil merger, sebagai pemenang persaingan. Tingginya minat investor sangat kentara sewaktu GOTO menggelar fundraising beberapa bulan menjelang IPO. Mereka bersedia bayar di harga premium (Bagian ini saya ceritakan di bawah).   

Pada 18 Mei 2021, setelah Gojek Tokopedia merger, Telkomsel mengeksekusi convertible bonds dan membeli tambahan saham. Walhasil, Telkomsel memiliki saham GOTO senilai $450 juta, atau setara Rp6,4 triliun. Karena jumlah saham GOTO yang dipegang Telkomsel adalah 23,7 miliar lembar (setelah stock split), maka dalam hal ini harga beli Telkomsel di saham GOTO adalah Rp6,4 triliun dibagi 23,7 miliar lembar, sama dengan Rp270 per saham. 

Catat ya dulu ya bro.. TLKM punya saham GOTO di harga Rp270 per lembar saham. 

Lalu, berapa harga saham investor generasi fundraising sebelum IPO? Nahh, inilah yang saya sebut di awal tulisan sebagai fakta fakta menarik yang tersingkap saat kontroversi merebak.

Pada Juli 2021, atau dua bulan setelah merger, GOTO memulai mencari pendanaan baru sebagai bagian dari IPO. Makanya disebut fundraising pre-IPO. Ini suatu proses yang wajar dilakukan oleh emiten manapun yang ingin melantai di bursa. Selain cari dana, ya tentu saja untuk ngetes pasar. Prosesnya berlangsung dari Juli 2021 hingga Desember 2021. 

Calon emiten roadshow dan menjelaskan business plan. Calon investor kemudian melakukan valuasi. Kalo harganya cocok, ya lanjut. Kalo merasa gak cocok, ya balik kanan. Mereka orang orang pintar dan sangat sangat pengalaman di market. Jadi pasti keputusan investasinya berdasarkan pertimbangannya sangat matang. Kata kawan, kolektor ikan cupang, jangan ajarin ikan berenang…    

Salah satu tema jualan GOTO sudah pasti soal prospek bisnis setelah merger dan monetisasi ekosistem yang terintegrasi, terlengkap dan terbesar. Dan memang inilah competitive advantage yang tidak dimiliki kompetitor. Bayangin, Gojek dan GoFood head to head dengan Grabbike dan Grabfood. Sementara Tokopedia berhadap hadapan dengan Shopee, BUKA, dan seterusnya. Di bisnis payment, Gopay sudah jauh mengungguli OVO, Shopee Pay, dsb.    

So, Shopee petarung tangguh di bisnis e-commerce, tapi gak punya ride hailing. Grabbike dan Grabfood selalu susul susulan sama Gojek dan Gofood di bisnis antar orang dan antar makanan, tapi, Grab tidak punya e-commerce. Jadi, di saat kompetitor pincang, GOTO justru eksis di market dengan kondisi sempurna. GOTO punya ride hailing, bisnis antar makanan, e-commerce dan pembayaran dalam satu platform.     

Inilah jualan GOTO ke investor pre-IPO. Hasilnya? Lakuuu kerassss yang tercermin dalam dua aspek. Pertama, jumlah dana yang dijaring. Kedua, harga saham perlembar yang mesti ditebus investor. 

Menurut catatan, GOTO meraup dana US$1,4 miliar dari fundraising pre-IPO. Mau tahu berapa harga per lembar sahamnya? Rp375!!

Kok bisa? Sekali lagi, investor membeli prospek bisnis GOTO sebagai pemain utama ekonomi digital di Indonesia, bahkan Asia Tenggara. Dan, pada masa masa itu, saham tech company di belahan dunia manapun, belum nyungsep seperti sekarang. Istilahnya, sahamnya masih wangi dan masih menjadi favorit investor. Jadi, harga Rp375 adalah harga terbaik saat itu.   

Sampai di sini, kita bikin summary dulu ya:  

1. Investor pre-IPO keluarin duit Rp375 untuk dapatin satu lembar saham GOTO. Mereka masuk di periode Juli 2021 - Desember 2021

2. Telkomsel keluarin duit Rp270 untuk dapatin satu lembar saham GOTO. Telkomsel injeksi dana November 2020 dan eksekusi konversi saham pada Mei 2021.

3. Jadi, selisih harga yang dibayarkan Telkomsel dan Investor Pre IPO mencapai 39%! Jika sudut pandangnya dibalik, Telkomsel lebih hemat senilai Rp375 - Rp270 = Rp105 perlembar. 

4. Mau tahu nilai rupiah yang berhasil dihemat? Dihitung aja Rp105 x 23,7 miliar saham = Rp2,48 triliun!!! Selisih sangat besar ini muncul hanya dalam hitungan bulan.  

Jadi, keputusan Telkomsel mengonversi utang menjadi saham dan menebus saham tambahan pada Mei 2021 adalah keputusan yang sangat tepat. Keputusan brilian. Telkomsel punya harga terbaik dibandingkan investor pre IPO, padahal timing beli hanya berbeda 3 bulan. Hemat Rp2,48 triliun dibandingkan yang masuk pendanaan pre IPO. 

Oh ya, dari tadi saya selalu menyebut investor yang ikut fundraising pre-IPO, memangnya siapa sih mereka? Ini dia daftar lengkapnya: 

1. ADIA = Abu Dhabi Investment Authority - Unit Emirat Arab 

2. GIC = Government of Singapore Investment Corporation Private Limited - SIngapura.

3. Temasek = Singapura

4. Permodalan Nasional Berhad (Malaysia)

5. Khazanah berhard (Malaysia)

6. Tencent (China)

7. Google (AS)

8. FIdelity Investment (AS)

9. World Ferry Management (Hongkong)

10. Seatown (singapura)

11. Primavera (China)

12. Avanda Investment (Singapura)

Mereka ini para investor kawakan, sangat berpengaruh, memiliki jam terbang tinggi dan pengelola dana jumbo kelas dunia. Mereka investor bukan kaleng kaleng. Jadi, mengutip kawan saya, jangan pernah ajarin ikan berenang.  

Apakah mereka kena semprit ketika harga saham GOTO sekarang lebih rendah dari harga beli? Ya tidak lah.. mereka investor jangka panjang. Bukan tipe investor beli pagi lalu jual sore hari. 

Saham tech company selama 6 bulan terakhir memang lagi mengalami tekanan. Terkena imbas inflasi tinggi dan kebijakan The Fed untuk memerangi inflasi. Situasi mencekam saham teknologi terjadi di seluruh bursa, di manapun. Jadi, jangan lah mengadili kondisi hari ini dengan melepaskan konteks besarnya. 

Apalagi mengadili dengan pendekatan fluktuasi harga saham harian. 

Lagipula, kalaupun mengadili dengan harga saham GOTO, Telkomsel justru sudah untung. Nilai beli saham GOTO Rp270 per saham, sedangkan harga penutupan GOTO pada Jumat kemarin (27/5) di level Rp312. Artinya cuan Rp42 perlembar. Jika dikalikan dengan jumlah 23,7 miliar saham, maka potensi cuannya Rp995 miliar. Nyaris Rp1 triliun.

Catat ya, nyaris Rp 1 triliun. 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement