Ahad 29 May 2022 12:36 WIB

Perundingan Perjanjian Dagang RI-Tunisia Ditargetkan Tuntas Tahun Ini

Kedua pihak menjajaki pembukaan akses pasar dengan penurunan tarif produk potensial.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Muhammad Fakhruddin
Perundingan Perjanjian Dagang RI-Tunisia Ditargetkan Tuntas Tahun Ini (ilustrasi).
Foto: bea cukai
Perundingan Perjanjian Dagang RI-Tunisia Ditargetkan Tuntas Tahun Ini (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -– Indonesia dan Tunisia kembali melanjutkan perundingan Indonesia – Tunisia Preferential Trade Agreement (IT-PTA) melalui pertemuan Intersesi kelima yang dilaksanakan secara hibrida pada pekan ini. Perundingan IT-PTA membahas dua isu utama, yakni perdagangan barang dan ketentuan asal barang.

Berdasarkan pernyataan resmi, Kementerian Perdagangan, Sabtu (28/5/2022), pada putara kelima ini kedua negara menyepakati dan menuntaskan pembahasan sebagian besar cakupan isu ketentuan asal barang.

Baca Juga

Delegasi Indonesia dipimpin Direktur Perundingan Bilateral Johni Martha sedangkan delegasi Tunisia dipimpin Direktur Kerja Sama dengan Negara-negara Arab dan Asia Kementerian Perdagangan Republik Tunisia Chedli May.

Johni mengungkapkan, pada pertemuan intersesi ini, kedua pihak juga berpandangan untuk memasukan konsep imbal dagang (counter trade) dalam kesepakatan PTA. Konsep ini sebagai alternatif mekanisme perdagangan bilateral yang dapat dimanfaatkan pelaku usaha kedua belah pihak dalam kegiatan ekspor-impor mereka.

“Jika disepakati, maka hal ini merupakan terobosan baru dalam kerangka kerja sama bilateral yang dilakukan pemerintah Indonesia,” katanya dalam keterangan resmi. 

Johni melanjutkan, dalam perundingan perdagangan barang, kedua pihak menjajaki pembukaan akses pasar dengan penurunan tarif untuk produk potensial dan penting bagi masing-masing negara.

Adapun, produk potensial bagi Indonesia antara lain minyak sawit dan produk turunannya, minyak kelapa dan produk turunannya, tuna, furnitur, dan produk tekstil. Sedangkan produk potensial Tunisia antara lain kurma, kepiting beku, minyak zaitun, dan produk pasta.

"Perundingan berjalan sangat konstruktif. Kedua pihak optimis, proses perundingan akan segera diselesaikan dan diharapkan dapat ditandatangani pada semester II 2022," ujar dia.

Pemerintah melihat Tunisia merupakan salah satu negara strategis tujuan ekspor dan hub perdagangan di kawasan Afrika Utara/Arab Maghribi, Timur Tengah, dan Eropa, khususnya bagian selatan. Oleh karena itu, IT-PTA menjadi salah satu kerja sama perdagangan yang patut segera dituntaskan, khususnya dalam kerangka perluasan dan pembukaan akses pasar ekspor nontradisonal sebagai salah satu strategi menjaga dan meningkatkan kinerja ekspor nasional,” terang Johni.

Berdasarkan studi kelayakan yang dilakukan kedua negara, ekspor Indonesia berpotensi meningkat 32,82 persen sedangkan ekspor Tunisia berpotensi meningkat 27,60 persen setahun setelah implementasi PTA. IT-PTA juga akan berdampak positif terhadap proses pemulihan perekonomian kedua negara pascapandemi Covid-19.

Sejak diluncurkan pada 25 Juni 2018 di Tunis, kedua pihak telah melakukan tiga kali putaran perundingan dan lima kali pertemuan intersesi. Sebagian besar pertemuan dilaksanakan secara virtual karena pandemi Covid-19 yang melanda dunia. Hal ini menunjukkan upaya serius kedua pihak untuk mencapai target penyelesaian perundingan.

“Kedua negara memiliki semangat yang sama untuk segera menyelesaikan perundingan IT-PTA. Oleh karena itu, kedua pihak dalam proses perundingan selalu berupaya untuk bersikap pragmatis dan fleksibel dalam mendorong tercapainya kesepakatan,” ujar Johni.

Pada putaran perundingan, delegasi Indonesia diperkuat perwakilan sejumlah kementerian dan lembaga terkait seperti Kementerian Luar Negeri, Kementerian Keuangan, Kementerian Pertanian, Kementerian Perindustrian, Kementerian Kelautan dan Perikanan, serta Kedutaan Besar Republik Indonesia di Tunisia.

Hubungan Dagang Indonesia-Tunisia

Meskipun terjadi Covid-19, nilai perdagangan bilateral Indonesia terus mengalami pertumbuhan positif dan mencapai nilai tertinggi dalam kurun waktu lima tahun terakhir yaitu 2016—2021. Pada 2021, total perdagangan Indonesia–Tunisia mencapai 158,5 juta dolar AS atau naik 88,25 persen dibandingkan 2020 yang tercatat sebesar 84,2 juta dolar AS.

Pada 2021, ekspor Indonesia ke Tunisia tercatat sebesar 100,7 juta dolar AS atau naik 89,52 persen dibandingkan 2020 yang tercatat sebesar 53,1 juta dolar AS. Komoditas ekspor utama Indonesia ke Tunisia yaitu minyak sawit, kopra, kendaraan bermotor, benang filamen sintetis, dan barang berbahan kulit samak atau dari kulit komposisi.

Sedangkan impor Indonesia dari Tunisia tercatat sebesar 57,8 juta dolar AS atau meningkat 86,10 persen dibandingkan 2020 yang sebesar 31,1 juta dolar AS. Komoditas impor utama Indonesia dari Tunisia yaitu kurma, crustacea, aluminium, peralatan listrik, dan pakaian jadi.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement