Sabtu 28 May 2022 13:38 WIB

WHO Terima Laporan 650 Kasus Hepatitis Akut Anak di 33 Negara

Ada 99 kasus tambahan yang masih menunggu klasifikasi.

Rep: Haura Hafizhah/ Red: Dwi Murdaningsih
Spanduk himbauan waspada terhadap Covid-19 dan Hepatitis terpasang di depan Madrasah Muallimat, Yogyakarta, Jumat (20/5/2022). Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta meminta warga untuk tetap menggunakan masker meskipun di area terbuka. Hal ini untuk menjaga agar tidak terjangkit hepatitis akut yang menyerang anak-anak seperti yang sudah terjadi di DKI Jakarta.
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Spanduk himbauan waspada terhadap Covid-19 dan Hepatitis terpasang di depan Madrasah Muallimat, Yogyakarta, Jumat (20/5/2022). Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta meminta warga untuk tetap menggunakan masker meskipun di area terbuka. Hal ini untuk menjaga agar tidak terjangkit hepatitis akut yang menyerang anak-anak seperti yang sudah terjadi di DKI Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan telah menerima 650 laporan kemungkinan kasus hepatitis akut pada anak-anak. Namun,  sampai saat ini  penyebabnya masih belum diketahui dan sedang diselidiki.

Dilansir dari channelnewsasia pada Sabtu (28/5/2022), terdapat 650 kemungkinan kasus telah dilaporkan ke WHO dari 33 negara dengan 99 kasus tambahan menunggu klasifikasi.

Baca Juga

"Kami sedang menyelidiki peningkatan misterius dalam kasus hepatitis parah, radang hati pada anak kecil yang telah mengakibatkan setidaknya sembilan kematian," kata WHO.

Sementara itu, Pejabat Kesehatan AS pekan lalu mengatakan bahwa infeksi adenovirus, virus umum pada masa anak-anak adalah hipotesis utama untuk kasus hepatitis parah yang belum diketahui asalnya pada anak-anak.

Diketahui, Hepatitis yang terkait dengan jenis adenovirus ini hampir secara eksklusif dikaitkan dengan anak-anak dengan gangguan kekebalan.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) juga mengatakan sedang menyelidiki apakah infeksi Covid-19 mungkin berperan serta patogen, obat-obatan dan faktor risiko lainnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement