Sabtu 28 May 2022 10:35 WIB

Samsung Mungkin Pangkas Produksi Smartphone Hingga 30 Juta Unit

Samsung berencana kurangi produksi smartphone karena kekurangan komponen

Rep: Meiliza Laveda/Antara/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Samsung.  Samsung nampaknya mungkin saja memangkas produksi ponsel pintar hingga 30 juta unit hingga akhir 2022. Adapun tiga faktor utama yang menyebabkan pemangkasan produksi itu dilaporkan akibat peningkatan inflasi, kekurangan komponen yang masih berlangsung, serta konflik Ukraina dan Rusia yang masih berlanjut.
Foto: EPA
Samsung. Samsung nampaknya mungkin saja memangkas produksi ponsel pintar hingga 30 juta unit hingga akhir 2022. Adapun tiga faktor utama yang menyebabkan pemangkasan produksi itu dilaporkan akibat peningkatan inflasi, kekurangan komponen yang masih berlangsung, serta konflik Ukraina dan Rusia yang masih berlanjut.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Samsung nampaknya mungkin saja memangkas produksi ponsel pintar hingga 30 juta unit hingga akhir 2022. Adapun tiga faktor utama yang menyebabkan pemangkasan produksi itu dilaporkan akibat peningkatan inflasi, kekurangan komponen yang masih berlangsung, serta konflik Ukraina dan Rusia yang masih berlanjut.

Laporan itu pertama kali dilaporkan, seperti dikutip dari GSM Arena, oleh publikasi asal Negeri Ginseng dan menyebutkan bahwa rencana Samsung memproduksi 310 juta ponsel pintar kini menyusut menjadi 280 juta unit akibat tiga faktor tersebut. Samsung diharapkan untuk menyesuaikan produksi untuk semua kelompok harga perangkat dari entry-level hingga flagships.

Meskipun pendapatan kuartal satu 2022 membuat Samsung memecahkan rekor dan diperkirakan 73,7 juta pengiriman smartphone secara global kini Samsung harus menyesuaikan tujuannya. Sehingga pemangkasan produksi tidak terhindar dan harus dilakukan.

Pemain besar di industri ponsel pintar lainnya seperti Apple juga dilaporkan mengurangi produksi dan ingin membuat unit iPhone SE 20 persen lebih sedikit namun tetap menargetkan pembuatan unit ponsel pintar hingga 220 juta untuk tahun ini.

Beberapa waktu lalu Samsung mengatakan akan menghabiskan 450 triliun won atau 355 miliar dolar AS selama lima tahun hingga 2026 untuk bisnis strategisnya. Ini meliputi semikonduktor, biofarmasi, dan teknologi generasi berikutnya.

Jumlah pengeluaran tersebut meningkat lebih dari 30 persen dari periode lima tahun sebelumnya, yaitu 330 triliun won. Menurut perusahaan, keputusan ini dapat mendorong pertumbuhan dalam jangka panjang.

Dana pengeluaran tersebut akan digunakan untuk modal dan penelitian dengan 360 triliun won dari 450 triliun won akan diinvestasikan di Korea Selatan. Perusahaan mengatakan penting untuk menjaga rantai pasokan di Korea Selatan dan akan menghasilkan 80 ribu pekerjaan baru selama periode lima tahun ke depan.

Rencana pengeluaran terbaru Samsung merupakan versi terbaru dari yang diumumkan pada tahun lalu di mana perusahaan mengatakan akan menghabiskan 240 triliun won selama tiga tahun untuk sektor-sektor strategis. Pengeluaran dan penciptaan lapangan kerja per tahun meningkat dibandingkan rencana sebelumnya.

Pengumuman itu juga datang setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengunjungi pabrik chip Samsung di Pyeongtaek, Korea Selatan pada Jumat selama tur Asia-nya. Dia bertemu dengan Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol dan diberi tur oleh Wakil Ketua Samsung Electronics Lee Jae-yong.

Dilansir ZDNet,  dalam rincian rencana pengeluaran lima tahun yang baru, Samsung mengatakan akan terus berinvestasi dalam chip memori dan memperkuat penelitian tentang material baru dan arsitektur chip. Investasi tersebut juga akan berfokus pada chip logika seperti prosesor aplikasi dan sensor gambar.

Perusahaan akan terus bekerja pada chip baru yang menggabungkan fungsi memori dan pemrosesan ke dalam satu chip. Sementara di bidang biofarmasi, afiliasi manufaktur kontrak Samsung Biologics dan Samsung Bioepis akan terus mengeluarkan biaya untuk memperluas kapasitas produksi dan portofolio biosimilar mereka. Sektor strategis lainnya yang termasuk dalam rencana pengeluaran Samsung termasuk 5G dan 6G, serta kecerdasan buatan (AI).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement