Sabtu 28 May 2022 20:55 WIB

Mengenal Nasdaq, Bursa Efek Tertua di Dunia Asal Amerika Serikat

Mengenal Nasdaq, bursa efek di dunia yang banyak dijadikan pilihan banyak investor dan daftar 100 saham yang terdaftar di Nasdaq 100 dan Nasdaq Index:

Rep: cermati.com/ Red: cermati.com
Mengenal Nasdaq, Bursa Efek Tertua di Dunia Asal Amerika Serikat
Mengenal Nasdaq, Bursa Efek Tertua di Dunia Asal Amerika Serikat

Bermain atau berinvestasi saham sudah bukan hal yang tabu dan dilakukan oleh orang-orang tertentu saja. Sekarang dengan kecanggihan teknologi yang ada, semua orang bisa mengakses berbagai aplikasi online yang dikhususkan untuk berinvestasi saham dengan pilihan daftar saham yang cukup banyak dan bisa dimulai dengan modal yang murah.

Namun, dalam bermain saham tidak cukup hanya bermodalkan uang saja. Pengetahuan akan investasi saham mulai dari istilah, risiko, strategi, keputusan, media, pihak-pihak yang terlibat dan komponen lainnya pada saham juga harus dipahami untuk mempermudah proses investasi dan meminimalisir kegagalan.

Salah satu istilah teknikal pada investasi yang harus dipahami oleh para investor pemula adalah indeks saham. Apa itu indeks saham? Indeks saham merupakan pengukuran nilai pada pasar saham. Perhitungan indeks saham dihitung dari pergerakan harga pada saham tertentu yang pada umumnya menggunakan rata-rata tertimbang.

Indeks saham bisa ditemukan di aplikasi bursa saham atau pada Bursa Efek Indonesia (BEI) jika menginginkan berinvestasi di emiten Indonesia. Namun untuk kamu yang menginginkan berinvestasi saham di perusahaan luar negeri, ada bursa internasional yang bisa dikunjungi. Salah satunya adalah Nasdaq. Ingin tahu lebih lengkap mengenai Nasdaq?

 

Sejarah Nasdaq, Bursa Efek Pertama di Dunia

Nasdaq

Nasdaq adalah marketplace elektronik global untuk membeli dan memperdagangkan sekuritas (efek). Nasdaq adalah bursa elektronik pertama di dunia. Sebagian besar raksasa teknologi dunia, termasuk Apple dan Facebook, terdaftar di Nasdaq. Pasar saham ini didirikan oleh National Association of Securities Dealers (NASD) dan mulai beroperasi pada tanggal 8 Februari 1971.

Nasdaq (National Association of Securities Dealers Automated Quotations Stock Market) adalah bursa efek yang berpusat di Kota New York, Amerika Serikat. Bursa efek ini berada pada posisi kedua dalam daftar bursa efek menurut kapitalisasi pasar saham, di bawah Bursa Efek New York.

Pada tahun 2007, dikombinasikan dengan kelompok bursa OMX dari Skandinavia, menjadikan grup Nasdaq OMX, sebagai perusahaan bursa terbesar di seluruh dunia, yang menangani 1 dari 10 transaksi efek di dunia. Bursa ini telah beroperasi di 25 market, satu clearing house, dan lima central securities depositories di AS dan Eropa.

Baca Juga: Mengenal WPPE, Perizinan dan Tugas-Tugasnya

Mengenal Nasdaq 100, Nasdaq Index Paling Populer

Nasdaq 100

Nasdaq 100 adalah indeks pasar saham yang terdiri dari 100 perusahaan non-finansial terbesar yang terdaftar di NASDAQ. Indeks ini adalah indeks bobot kapitalisasi yang dimodifikasi. Bobot perusahaan dalam indeks ini didasarkan pada kapitalisasi pasarnya, dengan aturan-aturan tertentu yang menentukan pengaruh komponen terbesar.

Berikut daftar Nasdaq Index yang berisi 100 perusahaan non-finansial atau Nasdaq 100:

  • Activision Blizzard
  • Adobe
  • ADP
  • Airbnb
  • Align
  • Alphabet A
  • Alphabet C
  • Amazon.com
  • AMD
  • American Electric Power
  • Amgen
  • Analog Devices
  • ANSYS
  • Apple
  • Applied Materials
  • ASML ADR
  • AstraZeneca ADR
  • Atlassian Corp Plc
  • Autodesk
  • Baidu
  • Biogen
  • Booking
  • Broadcom
  • Cadence Design
  • Charter Communications
  • Cintas
  • Cisco
  • Cognizant A
  • Comcast
  • Constellation Energy
  • Copart
  • Costco
  • Crowdstrike Holdings
  • CSX
  • Datadog
  • DexCom
  • DocuSign
  • Dollar Tree
  • eBay
  • Electronic Arts
  • Exelon
  • Fastenal
  • Fiserv
  • Fortinet
  • Gilead
  • Honeywell
  • IDEXX Labs
  • Illumina
  • Intel
  • Intuit
  • Intuitive Surgical
  • JD.com Inc Adr
  • Keurig Dr Pepper
  • KLA-Tencor
  • Kraft Heinz
  • Lam Research
  • Lucid Group
  • Lululemon Athletica
  • Marriott Int
  • Marvell
  • Match Group
  • MercadoLibre
  • Meta Platforms
  • Microchip
  • Micron
  • Microsoft
  • Moderna
  • Mondelez
  • Monster Beverage
  • NetEase
  • Netflix
  • NVIDIA
  • NXP
  • Okta
  • Old Dominion Freight Line
  • O’Reilly Automotive
  • PACCAR
  • Palo Alto Networks
  • Paychex
  • PayPal Holdings Inc
  • PepsiCo
  • Pinduoduo
  • Qualcomm
  • Regeneron Pharma
  • Ross Stores
  • Seagen
  • Sirius XM
  • Skyworks
  • Splunk
  • Starbucks
  • Synopsys
  • T-Mobile US
  • Tesla
  • Texas Instruments
  • VeriSign
  • Verisk
  • Vertex
  • Walgreens Boots
  • Workday
  • Xcel Energy

Baca Juga:  Mengenal MSCI Index dan Daftar Indeks MSCI Indonesia Terbaru

Tips Memilih Emiten yang Tepat untuk Berinvestasi Saham

Emiten

Dari sekian banyaknya emiten yang terdaftar pada Nasdaq 100 jangan sampai kamu asal memilih emiten untuk menginvestasikan uang mu. Tetap harus lakukan research pada masing-masing emiten yang sudah kamu incar untuk menghindari kerugian karena salah pilih emiten.

Berikut tips memilih emiten yang tepat untuk berinvestasi saham:

1. Perhatikan Gerak Harga sahamnya

Harga saham suatu perusahaan selalu berfluktuasi. Bergerak sewaktu-waktu, bahkan dalam hitungan detik. Semakin banyak permintaan, harga sahamnya bisa kian melambung. Namun, kamu perlu waspada jika peningkatan harganya cukup drastis dan fantastis.

Jika pergerakan saham seperti ini sudah tidak wajar. Sebaiknya kamu hindari. Biasanya saham yang terkena Auto Reject Atas (ARA) atau Auto Reject Atas (ARB) oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) sangat cepat berubahnya.

Untuk pemula, sebaiknya hindari saham auto reject. Apalagi sudah masuk daftar UMA (Unusual Market Activity) atau saham yang bergerak di luar kewajaran.

2. Amati Perubahan Volume Perdagangannya

Saham yang harganya meningkat drastis akan diiringi perubahan volume perdagangan yang signifikan pula. Yang harus diwaspadai adalah ketika sahamnya mendadak populer dalam beberapa hari terakhir. Banyak diburu sahamnya, misalnya akibat pompom saham atau sentimen lain.

Jika indikasinya seperti ini, ada kemungkinan kalau saham tersebut sedang dipermainkan investor pemodal besar. Bandar juga bisa. Dari harga yang sebelumnya tinggi, kemudian tiba-tiba anjlok.

3. Laba yang Dicetak Perusahaan

Naik turunnya volume perdagangan suatu saham biasanya akan memengaruhi laba atau keuntungan sebuah perusahaan. Sayangnya, ini tidak terjadi.

Kondisi seperti ini mengindikasikan kalau perusahaan tersebut tidak memiliki fundamental yang bagus. Terutama dilihat dari laporan keuangannya.

4. Lakukan Analisis

Sebelum membeli saham, kamu bisa melakukan dua analisis. Pertama analisis teknikal, kedua analisis fundamental. Analisis fundamental mengacu pada pendekatan kondisi politik, ekonomi, serta tren usaha. Kamu bisa melihatnya melalui laporan keuangan perusahaan atau emiten

Analisis teknikal menggunakan pergerakan pendekatan saham pada rentang waktu tertentu, termasuk harga dan fluktuasi, serta informasi titik tertinggi dan titik terendah saham.

5. Pantau Tren Harga Saham

Dalam hitungan menit, bahkan detik, harga saham bisa berubah. Banyak faktornya, ada eksternal maupun internal. Jadi, rajin-rajinlah mengamati pergerakan dan tren harga saham agar kamu tahu ke mana arahnya.

Luangkan waktu membaca atau menonton berita seputar pasar modal, agar kamu dapat selalu memperoleh informasi terbaru mengenai harga saham dan trennya, serta memaksimalkan keuntungan dari bermain saham.

Mengenal Baik Emiten sebelum Membeli Saham

Salah satu cara sukses untuk sukses cuan investasi saham adalah dengan mengenal dengan baik emiten yang ada. Coba cari dengan jelas info terkait dari perusahaan emiten yang sedang kamu incar, misalnya perusahan tersebut bergerak di sektor ekonomi apa, berpotensi kah, sedang tren atau banyak diminati.

Dengan mengenal secara baik perusahaan emiten, kamu tidak hanya memiliki kesempatan lebih besar dalam meraih keuntungan investasi saham, tapi juga mengurangi risiko kerugian.

Baca Juga: Kriteria Indeks Kompas 100 dan Daftar Saham Terbarunya

 

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan Cermati.com. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab Cermati.com.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement