Jumat 27 May 2022 11:59 WIB

Lombok akan Jadi Lokasi Baru Pengolahan Porang

Kelompok tani setempat akan dilibatkan sebagai pemasok bahan baku.

Ilustrasi budidaya porang.
Foto: Antara/Ari Bowo Sucipto
Ilustrasi budidaya porang.

REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK -- Pabrik pengolahan porang menjadi tepung glukomanan berkadar 90 persen akan mulai dibangun di Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB). Direktur Pengolahan dan Pemasaran Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Gatut Sumbogodjati mengatakan, pembangunan pabrik pengolahan porang ini mendorong diversifikasi tanaman pangan sebagai ketahanan pangan nasional, yang tidak ada hanya bertumpu pada tanaman padi.  "Kementerian pertanian sangat mengapresiasi pendirian pabrik pengolahan porang,'' kata dia, Jumat (27/5/2022).

Bupati Lombok Barat H Fauzan Khalid mengapresiasi pendirian pabrik pengolahan porang itu. "Bukan hanya membangun hilir hasil produk pengolahan porang namun juga membangun hulu dengan pembinaan para petani untuk penanaman porang, sudah ada puluhan kelompok tani yang dibina oleh PT Rezka Nayatama," ujarnya.

Baca Juga

Kehadiran pabrik itu bukti Lombok Barat siap menerima investasi. "Tidak perlu ragu menanamkan modal di sini. Pemkab menyambut dengan tangan terbuka dan siap memfasilitasi," kata dia. 

Sementara dalam pesan videonya, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo berharap, pabrik pengolahan tepung glukomanan yang dibangun PT Rezka Nayatama di Sekotong dapat dijadikan acuan bagi pabrik sejenis. Tidak hanya di Nusa Tenggara Barat saja, pabrik di Sekotong diharapkan bisa menjadi acuan di Indonesia. "Saya pasti mendukung," kata dia.

Kehadiran pabrik itu dinilai amat penting. Pabrik itu menjadi lompatan pengolahan porang di Nusa Tenggara Barat. Tidak sekadar menanam, pabrik itu menunjukkan Lombok Barat bisa menjadi lokasi industri terpadu porang.

Bagi Kementan, pabrik itu wujud dari pelaksanaan visi penyediaan perawatan manusia. Seiring peningkatan taraf hidup, kesadaran akan kesehatan semakin meningkat. Wujudnya antara lain peningkatan konsumsi makanan sehat. Porang merupakan salah satu sumber pangan sehat.

Selain itu, tepung glukomanan dapat menjadi bahan baku industri farmasi dan komestik. Pengolahan porang menjadi tepung glukomanan berkadar 90 persen akan menjadi lompatan penting dalam rantai industri porang nasional. 

Sementara Direksi PT Rezka Nayatama Moshe Darron Panjaitan, mengatakan, pabrik itu salah satu bentuk penindaklanjutan anjuran Presiden Joko Widodo soal peningkatan nilai tambah komoditas-komoditas Indonesia, termasuk porang. "Kami mencoba berkontribusi dengan membuat pabrik yang hasil akhirnya tepung glukomanan kadar 90 persen," ujarnya.

Pabrik itu akan jadi pabrik pertama di Indonesia dengan kualitas produk demikian. Produk dari pabrik itu akan ditujukan ke pasar ekspor.

"Kami memilih porang karena potensinya manfaatnya amat besar. Di Lombok Barat dan kabupaten lain di NTB, Porang jadi solusi untuk setidaknya dua hal : peningkatan kesejahteraan dan pemulihan lahan kritis," ujarnya. 

Selain dari kebun pabrik, bahan baku akan diambil dari kelompok tani. Bahkan, pasokan dari kelompok tani akan menjadi andalan.

Untuk mencapai target 240 ton tepung glukomanan kadar 90 persen, pabrik ini membutuhkan 4.320 ton porang per tahun. Dengan rata-rata panen 2 kilogram per tanaman dan per hektar bisa untuk 40.000 tanaman, maka dibutuhkan setidaknya 108 hektar. 

"Kami menargetkan pabrik mulai beroperasi pada akhir tahun ini dengan kapasitas produksi tepung glukomonan kadar 90 persen sebanyak 20 ton per bulanTepung ini bahan baku pangan, farmasi, dan kosmetik," kata Moshe.

Pelibatan kelompok tani sebagai pemasok itu sesuai arahan Mentan Syahrul Yasin Limpo bahwa pabrik diharapkan berkontribusi pada peningkatan kesejahteraan warga.

Seperti dikutip dari Antara, Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat siap untuk mengembangkan porang karena memiliki nilai ekonomi relatif bagus dan didukung potensi lahan seluas 4.000 hektare.

"Kami tidak mau ketinggalan mengembangkan tanaman umbi yang lagi naik daun tersebut. Apalagi NTB memiliki potensi lahan tanam mencapai 4.000 hektare," kata Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan NTB Muhammad Riadi.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement