Kamis 26 May 2022 15:50 WIB

Bangkit dari Pandemi, Fashion Muslim Maksimalkan Potensi

Sektor fashion harus terus berinovasi dan memperluas wawasan dalam hal desain produk.

Rep: Arie Lukihardianti / Red: Agus Yulianto
Peraga an busana muslim dalam event
Foto: Istimewa
Peraga an busana muslim dalam event

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pasar industri fashion muslim dan hijab di Indonesia masih sangat besar untuk dimaksimalkan. Namun, untuk menjaringnya pelaku usaha di sektor fashion harus terus berinovasi dan memperluas wawasan dalam hal desain produk.

Dari sisi potensi, Indonesia merupakan konsumen busana muslim terbesar ketiga di dunia yang menghabiskan sebesar 20 miliar USD atau sekitar Rp 300 triliun. Ini adalah peluang yang sangat besar, apalagi pemerintah menargetkan Indonesia sebagai pusat fashion muslim dunia.

Owner Brand Deenay, Trini Midiati Yuniar merasakan potensi bisnis fashion muslim tersebut. Melalui brand bernama Deenay, ia sudah bergelut dan merasakan asam garam industri selama delapan tahun terakhir. Jadi, melepas karir di perusahaan BUMN pun dirasa setimpal.

“Awalnya saya iseng bikin produk di sela kesibukan kerja. Akhirnya, memutuskan resign karena ingin mengembangkan produk sekaligus agar waktu bisa lebih banyak dengan keluarga,” ujar Trini Midiati Yuniar dalam event 'Sewindu Best Moment with Deenay' di Ballroom The Trans Luxury Hotel Bandung, Rabu (25/5). 

Menurutnya, produk Deenay lebih berfokus pada segmentasi perempuan. Mereka menyediakan busana untuk perempuan yang bekerja, formal hingga pakaian santai sehari-hari. Corak geometri menjadi ciri khas yang tetap dipertahankan.

Dari sisi design, kata dia, meskipun berkiblat pada perkembangan industi di Paris, tapi penentuan bahan, warna dan potongan busana atau hijab disesuaikan dengan karakteristik Indonesia.

“Desain kami lebih ke smart casual, nyaman buat daily, ada yang dinamis dan sporty. Tapi tentu ada diferensiasi. Ketika brand lain sedang fokus ke corak florist, kami tetap geometrik,” katanya.

Menurutnya, inspirasi tentu ia melihat pusat industri fashion. "Katakanlah di Paris, Prancis. Kami sesuaikan saja bahan dan warnanya. Intinya kami punya karakter yang harus dipertahankan di tengah persaingan industri yang dinamis, ada ciri khas,” paparnya.

Selama delapan tahun terakhir, kata dia, periode pandemi Covid-19 merupakan yang tersulit dilewati. Namun, ada beberapa hal yang ia terapkan. Selain mempertahankan ciri khas brand, ia tetap menjaga karyawan dan reseller yang sudah tersebar di hampir seluruh Indonesia.

Trini pun bersyukur bahwa kasus pandemi sudah mulai melandai. Jadi 60 karyawan dan 130 reseller bisa terjaga. Hubungan yang dijalin pun lebih pada pendekatan kekeluargaan. Salah satu caranya adalah mengadakan pertemuan setahun sekali, sekaligus memberi apresiasi berupa memberi beragam hadiah hingga jalan-jalan ke luar negeri kepada mereka.

“Kuncinya ya kami sudah anggap keluarga semua yang berperan. Apalagi reseller ini kan sangat penting karena berhubungan langsung dengan end user. Ini mungkin bisa diterapkan oleh pelaku usaha lain,” paparnya.

Setelah pandemi menurun, Trini optimits kegiatan bisa kembali normal. Hal yang akan dilakukan adalah terus menjaga sistem penjualan di online maupun offline. 

"Offline seperti toko ini penting juga untuk menjaga image brand. Insya Allah kami akan menambah outlet. Sekarang sudah ada lima, di Jakarta satu, sisanya di Bandung,” katanya.

Menurutnya, pasar industri fashion muslim masih sangat luas. Ia sendiri baru bisa memaksimalkan area pulau Jawa. Sedangkan potensinya sangat besar pula di pulau lain. Trini pun mengajak pelaku usaha di industri yang sama agar terus optimistis.

“Kami pasar banyak di Pulai Jawa. Tapi potensinya masih banyak, di pulau lain sama, di luar negeri juga apalagi. Brunei, Malaysia, Dubai marketnya besar, peluangnya masih banyak, Indonesia juga belum kita garap semua,” katanya.

Sementara menurut Wakil Ketua Dekranasda Jabar, Lina Marlina Ruzhanul Ulum, pemerintah berkomitmen membantu pelaku UMKM, termasuk pelaku bisnis fashion mengembangkan bisnisnya.   “Kami memberikan peluang, untuk memberikan pelatihan terus juga memberikan ruang untuk mereka memamerkan produknya. Para pelaku usaha harus harus berani membuka diri, berani menjawab tantangan, mau berinovasi,” katanya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement