Kamis 26 May 2022 14:54 WIB
...

Pengalaman Liputan Konser Musik Internasional Penuh Euforia

Sebuah konser selalu memberikan pengalaman dan sensasi musikal yang berbeda.

Penyanyi asal Amerika Serikat, Mariah Carey, saat menggelar konser belum lama ini.
Foto:

Oleh : Rusdy Nurdiansyah/Jurnalis Republika.

Charmbracelet dijadikan tajuk konser diva pop internasional Mariah Carey di JHCC Jakarta, Sabtu, 15 Februari 2004. Mariah Carey yang saat itu mengenakan rok mini berwarna keperakan dengan belahan tinggi yang tampak seksi membuka konsernya dengan lagu Heartbreaker yang mampu mengajak penonton untuk ikut berdendang mengikuti alunan nada-nada yang dibawakannya, bahkan sebagian nampak bergoyang seiring irama.

Namun, rencana meyaksikan 10 tembang diva asal Amerika Serikat ini tak kesampaian. Tiba-tiba aku dan teman-teman fotografer diminta keluar dari stage tempat pemotretan.

Mariah Carey dikenal sebagai penyanyi yang banyak maunya. Kurang sreg sedikit, penyanyi yang lagunya cukup banyak dikenal seperti Hero, Without You, dan I'll Be There ini tak segan-segan untuk membatalkan konsernya, termasuk jika merasa tak nyaman dengan bidikan para fotografer.

Tentu hal tersebut membuat para fotografer berang. Aku dan para fotografer melakukan boikot dengan melakukan aksi mogok liputan, meletakkan kamera berjajar di depan loby utama JHCC Jakarta.

Promotor Java Musikindo, Adri Subono, mencoba menjelaskan dan meminta pengertian kami karena memang konsep konser harus sesuai dengan permintaan Mariah Carey. Terjadi debat dan aku menegaskan bahwa konser berlangsung di Indonesia dan Mariah Carey harus ikut aturan di Indonesia bukan kami harus ikut aturan mereka.

Sebelumnya para wartawan memang sudah mengetahui, Mariah Carey cukup banyak syarat dan permintaan dalam Konser Live Mariah Carey Charmbracelet World Tour 2004 ini, mulai dari kamar di Hotel Mulia Jakarta disediakan dengan dekorasi sesuai permintaannya, juga minta disediakan banyak bunga plus boneka kupu-kupu di dalam kamar. Ia pun meminta sebuah mobil limousine warna gelap dan antipeluru.

Aku terlibat argumen dengan Adri. "Tak masalah soal permintaan Mariah Carey, itu memang menjadi tanggung jawab promotor. Tapi yang jadi masalah soal terlalu berlebihan mengatur liputan," ujarku.

Aku melanjutkan argumen. "Mereka mestinya juga menghargai aturan umum liputan konser di Indonesia, bukan kita mengikuti aturan yang mereka buat sesuai keinginan mereka. Setiap negara punya aturan yang berbeda-beda dan mereka harus menyesuaikannya," jelasku kesal.

Mendengar argumenku, Adri hanya mengangguk-anggukkan kepala sambil merangkul dan menepuk-nepuk pundakku. "Mohon pengertiannya," ucapnya singkat.

Kekecewaan ternyata tak hanya dialami para fotografer dan wartawan, namun juga para penonton yang menyaksikan konser selama dua jam itu. Konser terkesan terburu-buru, sepertinya memang hanya diniatkan untuk memenuhi target tur dunia ke beberapa negara Asia.

Sehingga yang tampak kemudian, Mariah Carey yang kelelahan, nampak ketika penyanyi yang memiliki jangkauan nada di atas tiga oktaf itu kesulitan ketika mengambil nada-nada tinggi. Suara Carey terdengar serak dan dipaksakan sehingga kerap fals. Ekspektasi yang tak sesuai dengan nama besar Mariah Carey sebagai diva pop internasional. Ia seakan hanya meninggalkan bekas kesombongan.

***

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement