Kamis 26 May 2022 05:00 WIB

70 Persen Pasien Cacar Monyet Alami Gejala Ini di Mulut

Ruam cacar monyet umumnya terkonsentrasi di wajah.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Reiny Dwinanda
Foto yang dipasok CDC pada 1997 menunjukkan salah satu kasus cacar monyet di Republik Demokratik Kongo.  Ilmuwan masih belum mengerti penyebab kian banyaknya kasus cacar monyet terdeteksi di Eropa dan Amerika Utara pada 2022. Penyakit ini awalnya banyak ditemukan di Afrika. Kemunculan ruam cacar monyet umumnya terkonsentrasi pada wajah dan ekstremitas dibandingkan badan.
Foto: CDC via AP
Foto yang dipasok CDC pada 1997 menunjukkan salah satu kasus cacar monyet di Republik Demokratik Kongo. Ilmuwan masih belum mengerti penyebab kian banyaknya kasus cacar monyet terdeteksi di Eropa dan Amerika Utara pada 2022. Penyakit ini awalnya banyak ditemukan di Afrika. Kemunculan ruam cacar monyet umumnya terkonsentrasi pada wajah dan ekstremitas dibandingkan badan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ruam atau lenting merupakan salah satu gejala yang khas dari cacar monyet. Gejala ini ternyata tak hanya bisa muncul di permukaan kulit, tetapi juga di membran mukosa atau selaput lendir pada mulut dan mata.

Kemunculan ruam cacar monyet umumnya terkonsentrasi pada wajah dan ekstremitas dibandingkan badan. Sebanyak 95 persen kasus cacar monyet menunjukkan adanya ruam di area wajah. Sedangkan dalam 75 persen kasus, terdapat ruam di area telapak tangan dan telapak kaki.

Baca Juga

"Yang juga terdampak adalah mukosa mulut pada 70 persen kasus, genital pada 30 persen kasus, dan konjungtiva pada 20 persen (kasus), dan juga kornea," jelas Centers for Disease Control and Prevention (CDC), seperti dilansir Express, Rabu (25/5/2022).

Seiring dengan menyebarkan ruam di membran mukosa mulut, ruam mungkin akan menjadi lebih jelas terlipat pada lapisan kulit di dalam mulut. Termasuk di antaranya ialah area pipi dan bibir.

"Ruam ini berkembang secara berurutan, mulai dari makula (adanya perubahan warna pada kulit tanpa perubahan bentuk) menjadi papula (lesi datar), vesikel (lesi berisi cairan), pustula (lesi berisi nanah), dan krusta (keropeng) yang mengering dan rontok," ujar CDC.

Jumlah lesi yang muncul pada kasus cacar monyet bisa sangat beragam, mulai dari jumlah yang sedikit hingga beberapa ribu. Pada kasus yang berat, lesi ini bisa bersatu hingga menyebabkan sebagian besar kulit terkelupas.

Sebelum ruam muncul, biasanya ada gejala-gejala awal yang terasa lebih dulu. Gejala-gejala awal ini mirip dengan gejala infeksi virus pada umumnya, seperti demam, sakit kepala, nyeri otot, nyeri punggung, pembengkakan kelenjar, dan lelah.

"Jadi mungkin sulit untuk mendeteksi (cacar monyet) sejak dini," ungkap ahli klinis dari MedExpress dr Clare Morrison.

Dalam sebuah studi awal, peneliti juga menemukan bahwa cacar monyet bisa memengaruhi paru-paru di masa infeksi. Temuan ini telah dipublikasikan dalam jurnal Molecular and Cellular Proteomics.

Menurut studi ini, infeksi cacar monyet bisa meningkatkan produksi perlindungan yang terlibat dalam proses peradangan. Virus monkeypox yang menyebabkan cacar monyet juga tampak menurunkan produksi protein yang berperan dalam menjaga jaringan paru tetap utuh dan terlumasi.

Baca juga : Virolog: Perkuat Sosialisasi PHBS Cegah Cacar Monyet

Mengacu pada temuan ini, tim peneliti juga mengindikasikan bahwa virus monkeypox menyebabkan penyakit dengan cara memicu peradangan di paru. Hal ini juga dinilai dapat memicu terjadinya pneumonia.

"Kami terkejut saat melihat betapa buruknya virus ini merusak integritas struktural paru-paru," ungkap ketua tim peneliti dari Department of Energy di Pacific Northwest National Laboratory Joseph Brown.

Akan tetapi, dr Morrison mengatakan bahwa kasus cacar monyet yang berat sangat jarang terjadi. Umumnya, cacar monyet bersifat ringan dan membutuhkan waktu sekitar dua hingga empat pekan untuk pemulihan.

Cacar monyet bisa lebih berbahaya bila mengenai kelompok yang rentan. Beberapa di antaranya adalah individu dengan sistem imun yang lemah, anak kecil, dan wanita hamil.

"Yang mana (di ibu hamil) bisa menyebar ke janin," ungkap dr Morrison.

Baca juga : Cacar Monyet Bisa Berdampak Buruk ke Mata

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement