Selasa 24 May 2022 12:54 WIB

SBR011 Segera Terbit, Moduit Ajak Masyarakat Investasi dan Berkontribusi

Pasca-Lebaran ini ini pemerintah kembali menerbitkan SBN jenis SBR011.

Dengan membeli SBN maka Anda telah menginvestasikan sejumlah dana kepada pemerintah untuk jangka waktu tertentu.
Foto: Istimewa
Dengan membeli SBN maka Anda telah menginvestasikan sejumlah dana kepada pemerintah untuk jangka waktu tertentu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lebaran usai, sebagian besar di antara kita mungkin sudah membelanjakan uang Tunjangan Hari Raya (THR) untuk keperluan Idul Fitri lalu. Apabila masih ada sisa dana, ada baiknya tidak lagi digunakan untuk konsumtif, namun diinvestasikan demi perencanaan masa depan.

Apalagi, pasca-Lebaran ini ini pemerintah kembali menerbitkan Surat Berharga Negara (SBN) jenis Saving Bond Ritel (SBR) SBR011. Sebagai catatan, SBR011 merupakan SBN Ritel ketiga yang diterbitkan pemerintah sejak awal 2022 ini. Sebelumnya telah terbit Obligasi Ritel Indonesia (ORI) ORI021 pada awal tahun dan Sukuk Ritel (SR) SR016 di Maret 2022 lalu. 

Masa penawaran SBR011 mempunyai rentang waktu periode 25 Mei-16 Juni 2022 dan mempunyai jangka waktu investasi selama dua tahun. Bagi WNI yang berminat berinvestasi di SBR011, bisa mendapatkannya melalui agen penjual yang telah ditunjuk oleh Kementerian Keuangan. Para mitra dimaksud adalah bank, sekuritas, dan intitusi keuangan lainnya, salah satunya Moduit sebagai platform digital private wealth management.

Namun, menurut Head of Advisory & Investment Connoisseur Moduit, Manuel Adhi Purwanto, sebelum memutuskan untuk melangkah ke agen penjual, penting untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan SBN, jenis-jenisnya, kemudian risiko dan tentu saja keuntungan yang berpotensi diperolah.

Dikutip pada laman Kementerian Keuangan, Manuel mengatakan, SBN merupakan singkatan dari Surat Berharga Negara. Surat utang ini merupakan produk investasi yang diterbitkan dan dijamin oleh Pemerintah. Tujuannya untuk menggalang dana masyarakat dalam pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). 

"Dengan begitu, masyarakat dapat menjadi investor SBN sekaligus berkontribusi dalam pembiayaan pembangunan nasional," kata dia dalam keterangannya yang diterima Republika.co.id, Selasa (24/5/2022).

Sederhananya, kata dia, dengan membeli SBN maka Anda telah menginvestasikan sejumlah dana kepada pemerintah untuk jangka waktu tertentu. Setelah jatuh tempo pemerintah akan mengembalikan dana investasi tadi secara utuh, ditambah kupon atau bunga sebagai hasil investasi. 

Adapun terkait risiko investasi, ucap Manuel, karena SBN diterbitkan pemerintah, bisa dikatakan produk ini dapat digolongkan sangat rendah risiko bahkan zero risk. Sebaliknya, bunga yang dihasilkan dari SBN cukup bersaing dibanding instrumen investasi perbankan seperti deposito apalagi tabungan.

SBN sendiri terbagi dalam beberapa jenis, yaitu; SBN Konsvensional, SBN Syariah, SBN Fixed Rate dan SBN Floating Rate. Khusus SBN Konvensional digolongkan lagi dalam dua instrumen, yaitu; ORI dan SBR. Perbedaaannya, bila ORI dapat ditransaksikan di pasar sekunder (bisa perjual-belikan sebelum jatuh tempo), SBR tidak ditransaksikan di pasar sekunder. 

"Tapi bila Anda perlu dana mendesak, tidak perlu khawatir sebab pencairannya tidak harus menunggu hingga SBR jatuh tempo. 50 persen dari nilai investasi SBR dapat dicairkan (fasilitas early redemption)," ujarnya. 

Menariknya lagi, SBR memiliki kupon yang mengambang dengan kupon minimal (floating with floor) dan mengacu pada BI 7 Day Reverse Repo Rate. Contohnya, dia menyebutkan, pada SBR10 yang diterbitkan Pemerintah pada Juli 2021 dengan kupon minimal 5,10 persen per tahun untuk tiga bulan pertama setelah penerbitan. 

Penetapan kupon tersebut mengacu pada suku bunga acuan BI saat itu sebesar 3,5 persen ditambah 160 bps. Setelah tiga bulan, bila suku bunga acuan naik ke angka 4 persen, maka kupon SBR bisa menjadi 5,60 persen per tahun. 

Adhi mengatakan, ketentuan floating with floor membuat investasi yang ditanam akan terlindungi dari kenaikan inflasi, sehingga dapat dipastikan nilai investasi tidak tergerus. Malah akan terus naik, terlebih mencermati tren kenaikan suku bunga acuan.

Diketahui, Bank Sentral Amerika Serikat telah menaikan suku bunga acuan sebesar 50 bps. Kenaikan suku bunga The Fed diperkirakan akan mencapai angka 2,75 persen di akhir tahun ini. Kenaikan bunga The Fed berpotensi membuat Bank Indonesia juga akan menaikan suku bunga acuannya dari posisi saat ini 3,50 persen, walaupun mungkin kenaikannya tidak seagresif kenaikan suku bunga The Fed. 

“Di sinilah letak menariknya SBR11, karena tren kenaikan suku bunga acuan membuka peluang kupon SBR11 bakal lebih tinggi dibanding kupon ORI021 sebesar 4,90 persen dan kupon SR016 sebesar 4,95 persen yang sebelumnya diterbitkan pemerintah,” urai Manuel.

Sementara bila dibandingkan dengan suku bunga deposito yang mengalami tren menurun, akibat banjirnya likuiditas, SBN dipandang lebih menarik. Berdasarkan Laporan Indikator Stabilitas Lembaga Penjaminan Simpanan periode April 2022, rata-rata tingkat bunga deposito rupiah seluruh bank LPS pada akhir Maret 2022 turun enam basis poin (bps) ke level 3,14 persen dibandingkan dengan akhir bulan sebelumnya. Suku bunga minimum dan maksimum masing-masing turun 5 bps ke level 2,57 persen dan 3,71 persen.

Mencermati faktor-faktor tadi, Manuel Adhi Purwanto memandang, SBR011 akan sangat menarik dan diminati terutama bagi investasi pemula yang umumnya masih menghindari terjadinya resiko dalam berinvestasi. Untuk itu, Moduit mengajak masyarakat untuk berinvestasi pada instrument SBR011 melalui Moduit. 

“Sekarang ini SBR011 telah hadir sebagai alterrnatif investasi yang semakin diminati investor meskipun di tengah situasi pandemi. Moduit melirik untuk merambah SBR sebagai produk unggulannya yang sudah dijamin aman oleh pemerintah, sekaligus terjangkau dan menguntungkan sekaligus membuka kesempatan bagi masyarakat untuk bersama-sama berpartisipasi dalam pembiayaan APBN,” ucap Manuel.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement