Jumat 20 May 2022 06:01 WIB

Menlu Sebut 'Aisyiyah Miliki Peran Penting dalam Politik Luar Negeri

Retno harap, kerja sama Kemenlu bersama 'Aisyiyah dan Muhammadiyah perlu diperkuat.

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Lestari Priansari Marsudi.
Foto: Dok Kemenlu
Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Lestari Priansari Marsudi.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Lestari Priansari Marsudi mengatakan, 'Aisyiyah memiliki peran dan kontribusi penting dalam bidang politik luar negeri dan penanganan isu global. Dia pun mengajak ormas yang didirikan oleh Nyai Ahmad Dahlan atau Siti Walidah tersebut untuk ikut berperan aktif di berbagai bidang.

"Dalam sejarah perjalanan politik luar negeri kita banyak sekali kerja sama yang terjalin baik dengan Aisyiyah maupun Muhammadiyah dalam berbagai isu," kata dia, dalam acara Tasyakur Milad ke-105 'Aisyiyah di Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta, Kamis (19/5/2022).

Karena itu, Retno berharap, kerja sama yang terjalin antara Kementerian Luar Negeri bersama 'Aisyiyah dan Muhammadiyah perlu terus diperkuat. Dalam usianya yang ke-105 tahun, dia menyebut peran, 'Aisyiyah amat penting dalam memajukan peran perempuan, termasuk meningkatkan harkat dan martabat perempuan Indonesia.

Tidak hanya bagi bangsa Indonesia, sambung dia, 'Aisyiyah bersama Muhammadiyah juga turut berkontribusi bagi penanganan isu global bekerja sama dengan Kementerian Luar Negeri (Kemenlu). "Apresiasi atas komitmen 'Aisyiyah untuk terus memajukan peran perempuan, dalam sejarah perjalanan politik luar negeri kita banyak sekali kerja sama yang terjalin baik dengan," kata Retno.

Dia mengatakan, beberapa permasalahan yang dihadapi dunia saat ini membawa dampak sangat besar, terutama bagi kelompok perempuan dan anak-anak. Kemiskinan dan kesetaraan gender menjadi aspek yang paling terdampak pada 2020.

Menurut Retno, setidaknya terdapat 100 juta orang baru yang turun ke bawah garis kemiskinan. "Pemenuhan hak-hak perempuan juga mengalami kemunduran hingga satu generasi," kata Retno.

Dia menyebut, laporan World Economic Forum terkait kesenjangan gender global untuk 2021 dengan data yang cukup mencengangkan, yakni membutuhkan 135,6 tahun untuk menutup kesenjangan gender dunia. Adapun di bidang politik perlu 145,5 tahun untuk mencapai kesetaraan gender.

"Bahkan dalam partisipasi ekonomi diperlukan 267,6 tahun untuk mengakhiri kesenjangan gender. Di semua krisis yang terjadi, perempuan selalu menjadi kelompok paling rentan terdampak," ujar Retno.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement