Kamis 19 May 2022 06:34 WIB

Sepanjang 2021, Bus Transjakarta Terlibat 508 Kasus Kecelakaan

Komisi C DPRD DKI minta manajemen PT Transjakarta mereduksi angka kecelakaan.

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Sejumlah petugas berusaha mengevakuasi bus Transjakarta Koridor 11 jurusan Kampung Melayu-Pulogebang yang mengalami kecelakaan di Jalan I Gusti Ngurah Rai, Kecamatan Duren Sawit, Jakarta, Jumat (11/2/2022).
Foto: Prayogi/Republika
Sejumlah petugas berusaha mengevakuasi bus Transjakarta Koridor 11 jurusan Kampung Melayu-Pulogebang yang mengalami kecelakaan di Jalan I Gusti Ngurah Rai, Kecamatan Duren Sawit, Jakarta, Jumat (11/2/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komisi C DPRD DKI Jakarta minta manajemen PT Transjakarta mereduksi angka kecelakaan armada bus. Hal itu mengingat sepanjang tahun 2021 sudah terjadi 508 kasus kecelakaan di berbagai lokasi.

Anggota Komisi C DPRD Jakarta Khoirudin menduga, tingginya angka kecelakaan tersebut akibat minimnya pembinaan dari pihak manajemen kepada operator mitra. Sehingga perlu ada upaya serius dari badan usaha milik daerah (BUMD) DKI tersebut.

"Jangan-jangan tingginya angka kecelakaan karena kurangnya pembinaan akibat kurangnya anggaran. Maka kita ingin porsi anggaran signifikan agar tingkat kecelakaanbisa turun minimal 50 persen," ujarnya di gedung DPRD DKI, Jakarta Pusat, Rabu (18/5/2022).

Khoirudin juga meminta agar PT Transjakarta mengelola manajemen transportasi secara profesional dengan inspeksi rutin sesuai standar operasional (SOP) terhadap armada bus dan pramudi. "Kami ingin TJ (PT Transhakarta) lebih profesional sehingga bisa maksimal melayani kebutuhan masyarakat dalam perpindahan perjalanan. Mestinya TJ melakukan kontrol yang ketat," ucapnya.

Anggota Komisi C DPRD DKI lainnya, Eneng Malianasari berharap, PT Transjakarta lebih matang dalam membuat program untuk menekan angka kecelakaan. Mengingat jumlah penumpang bus Transjakarta akan terus meningkat di era pascapandemi Covid-19. "Ke depan harus ada plan dan persiapan yang lebih matang lagi agar tingkat kecelakaan dapat ditekan," tuturnya.

Direktur Utama PT Transjakarta Mochammad Yana Aditya menjelaskan, memang ada rencana kenaikan anggaran untuk pembinaan operator, dari Rp 1,4 triliun pada 2022 menjadi Rp 3,1 triliun pada 2023. "Kami dari Transjakarta menganggarkan pembinaan operator untuk 2022 sebesar 63 persen dari total PSO yang diberikan dari Rp 2 triliun," katanya.

"Lalu rencana untuk 2023 beban pembinaan operator sebesar 73 persen dari total pengajuan PSO kita yakni sebesar Rp 3,1 triliun," tutur Yana menambahkan. Adapun anggaran tersebut digunakan untuk mengoptimalkan program fit to work, perbaikan tempat istirahat dan pelatihan untuk para pengemudi.

"Detail di lapangan, ada check-in kesiapan pengemudi tiap hari. Kedua penyiapan tempat istirahat pengemudi, agar semakin fit. Ketiga pelatihan pengemudi, karena masih banyak pengemudi yang memiliki keterampilan yang khusus untuk mengemudi dalam jalur," ucap Yana.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement