Selasa 17 May 2022 17:39 WIB

BPS: Volume dan Nilai Ekspor Minyak Sawit Turun Selama April 2022

Volume ekspor CPO selama April 2022 mencapai 1,93 juta ton.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Nidia Zuraya
Buah Kelapa Sawit dan minyak yang dihasilkan (ilustrasi). Badan Pusat Statistik (BPS) menyampaikan terdapat penurunan ekspor minyak sawit (CPO) dari sisi volume maupun nilai sepanjang April 2022.
Foto: INHABITAT.COM
Buah Kelapa Sawit dan minyak yang dihasilkan (ilustrasi). Badan Pusat Statistik (BPS) menyampaikan terdapat penurunan ekspor minyak sawit (CPO) dari sisi volume maupun nilai sepanjang April 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) menyampaikan terdapat penurunan ekspor minyak sawit (CPO) dari sisi volume maupun nilai sepanjang April 2022. Meski demikian, BPS tak dapat memastikan apakah penurunan itu berkaitan dengan larangan ekspor yang ditetapkan pemerintah pada akhir bulan.

Kepala BPS, Margo Yuwono, mengatakan, volume ekspor CPO selama bulan lalu mencapai 1,93 juta ton atau turun 10,4 persen dari bulan sebelumnya. Begitu pula dengan nilai ekspor yang mencapai 2,9 miliar dolar AS, atau turun 2,56 persen.

Baca Juga

"Volume dan nilai sama-sama mengalami penurunan, tentu kalau larangan ekspor tidak dicabut akan berdampak pada kinerja ekspor, itu nanti kita lihat pada rilis bulan depan (kinerja Mei)," kata Margo dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (17/5/2022).

Seperti diketahui, pemerintah baru memberlakukan larangan sementara ekspor mulai 28 April 2022 lalu. Namun, tanggal tersebut hanya sehari sebelum dimulainya cuti bersama Idul Fitri yang dimulai pada 29 April.

Adapun jangka waktu larangan ekspor sementara itu belum diketahui. Pemerintah hanya menyampaikan larangan ekspor akan dicabut bila ketersediaan dan harga minyak goreng, khususnya curah tercapai seharga Rp 14 ribu per liter secara nasional.

Sementara itu, perkembangan harga CPO periode April 2022 lalu justru mengalami penurunan dari puncak kenaikan pada Maret. Tercatat, rata-rata harga CPO selama April mencapai 1.682,7 dolar AS per ton, turun 5,03 persen dari bulan sebelumnya. Namun, melonjak 56,09 persen dari posisi April 2021 lalu.

Ekonom Institute of Development of Economics and Finance, Rusli Abdullah, mengatakan, jika larangan ekspor tak dicabut hingga akhir Mei ini, tentu potensi nilai ekspor yang dihasilkan setiap bulannya akan hilang.

Besarnya peran ekspor CPO terhadap neraca dagang pun alhasil bisa berdampak signifikan pada kinerja ekspor. Seperti diketahui, Indonesia kini tengah menikmati kenaikan harga-harga komoditas dunia dan memberikan dampak positif pada tingginya pendapatan ekspor serta surplus dagang.

Neraca perdagangan barang Indonesia sepanjang April 2022 kembali mencatat surplus sebesar 7,56 miliar dolar AS. Capaian tersebut menjadi surplus dagang yang ke 24 kali secara beruntun sejak 2020 lalu sekaligus terbesar sepanjang sejarah.  

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement