Rabu 18 May 2022 07:45 WIB

Keluarga Perempuan Australia yang Meninggal Setelah Divaksinasi Angkat Bicara

Keluarga Perempuan Australia yang Meninggal Setelah Divaksinasi Angkat Bicara

Red:
Keluarga Perempuan Australia yang Meninggal Setelah Divaksinasi Angkat Bicara
Keluarga Perempuan Australia yang Meninggal Setelah Divaksinasi Angkat Bicara

Seorang perempuan Australia bernama Robyn meninggal dunia akibat komplikasi yang terhubung dengan dosis pertama vaksin AstraZeneca COVID-19.

Minggu di mana Robyn dirawat di rumah sakit adalah waktu di mana dia seharusnya sedang dalam perjalanan ke Tasmania untuk bertemu cucu kembarnya untuk pertama kalinya.

"Dia adalah perempuan yang sangat murah hati dan penyayang," kata Ross, anak Robyn.

"

"Saya mungkin akan memberi tahu [anak perempuan saya] betapa inginnya dia bertemu mereka dan bagaimana seandainya masih hidup dia akan menjadi nenek yang hebat."

"

Meninggal beberapa minggu setelah vaksin

Anak-anak Robyn mengatakan ibu mereka yang tutup usia di angka 77 tahun sebenarnya "bugar dan sehat".

Mereka juga mengira dia masih akan hidup selama 10 hingga 15 tahun lagi.

Robyn mendapatkan dosis pertama vaksin AstraZeneca pada Juli 2021.

Beberapa minggu kemudian, Robyn yang tadinya bisa berbelanja sendiri menjadi lumpuh, sampai harus bergantung pada anak-anak dan staf rumah sakit untuk menyuapinya.

Dia juga mulai berhalusinasi.

"[Kondisinya] mengerikan, bagaikan siksaan," kata putrinya, Jo.

"[Rasanya seperti] menyaksikan dunia menderita … dia sangat menderita."

Robyn meninggal di rumah sakit pada 5 September tahun lalu, meninggalkan empat anak dan enam cucu.

Dalam sertifikat kematiannya, tertulis penyebab meninggalnya adalah karena "sindrom Guillain-Barre yang diperoleh setelah vaksinasi AstraZeneca baru-baru ini".

Yang terjadi pada Robyn sangatlah langka

Badan Obat-obatan (TGA) mengatakan "sejak awal peluncuran vaksin hingga 8 Mei 2022, hampir 58 juta dosis vaksin COVID-19 telah diberikan".

TGA telah mengidentifikasi 11 kematian terkait dengan dosis pertama AstraZeneca, dengan "delapan di antaranya kasus trombosis dengan sindrom trombositopenia (TTS), dua berkaitan dengan sindrom Guillain-Barre (GBS), dan satu adalah kasus trombositopenia imun (ITP)" .

Anak-anak Robyn mengatakan pikiran bahwa ibu mereka tidak akan meninggal karena vaksin membuat kejadian ini lebih traumatis.

"[Pikiran] itu membuat saya merasa seperti disambar petir dan petir itu akan terus menyambar," kata Kate.

"Hidup saya berantakan … semuanya menjadi buruk sejak saat itu."

Untuk pertama kalinya, keluarga Robyn berbicara terbuka di hadapan umum untuk mengadvokasi agar pemerintah memberikan lebih banyak dukungan bagi orang-orang yang berada di posisi yang sama di masa depan.

Apa itu sindrom Guillain-Barre (GBS)?

GBS adalah kondisi yang berbeda dengan pembekuan darah (TTS) yang dilaporkan secara luas sehubungan dengan peluncuran AstraZeneca tahun lalu.

Direktur Pengawasan Efek Buruk Setelah Vaksinasi Dalam Komunitas (SAEFVIC) Nigel Crawford menggambarkan GBS sebagai kondisi autoimun di mana pada dasarnya tubuh menyerang saraf perifer.

"Tubuh menjadi semakin lemah dari waktu ke waktu sampai mengalami kesemutan dan kehilangan kemampuan panca indra yang bisa menjadi sangat parah," katanya.

"Sebenarnya ini juga menyebabkan kelumpuhan lengan dan kaki dan bisa mulai mempengaruhi paru-paru Anda."

Sebuah studi tahun 2021 yang diterbitkan dalam pengobatan alami menemukan dari setiap 10 juta orang yang divaksinasi dengan AstraZeneca, akan ada sekitar 38 kasus tambahan GBS.

Risiko tambahan terjadinya GBS setelah infeksi COVID-19 adalah hampir empat kali lipat, dengan 145 kasus diharapkan untuk setiap 10 juta tes COVID positif.

"Ini ditangani dengan sangat serius," kata Dr Crawford.

"Ini lebih mungkin terjadi karena infeksi itu sendiri melebihi karena vaksin, dan karena itu [saya masih] mendukung program vaksinasi."

Dr Crawford mengatakan sekalinya terinfeksi, GBS bisa disembuhkan, dan sebagian besar pasien akan pulih dari kondisi tersebut.

"Ini adalah kondisi neurologis yang sangat serius, yang perlu kita coba minimalkan," katanya.

"

"[Penyakit] ini tentu saja dapat dikaitkan dengan beberapa masalah jangka panjang yang sedang berlangsung, tetapi kematian masih relatif rendah."

"

Tidak ada hubungan yang ditemukan antara vaksin MRNA COVID dan GBS.

Karena vaksin MRNA adalah pilihan yang lebih disukai untuk booster, Australia tidak lagi menggunakan dosis vaksin AstraZeneca terlalu banyak.

Karena itu, Dr Crawford berharap agar kasus GBS tidak bertambah karena vaksinasi COVID-19.

Anak tetap mendukung vaksinasi COVID-19

Keempat anak Robyn, Kris, Kate, Jo dan Ross, semuanya divaksinasi dan mendukung penuh peluncuran vaksin COVID-19.

"Saya tahu kemungkinannya sangat kecil dan saya percaya pada program vaksinasi," kata Ross.

"Akan sangat mengecewakan jika kematian ibu saya digunakan untuk menyebarkan informasi yang salah tentang vaksin."

Mereka berbagi cerita karena mereka merasa pemerintah negara bagian dan federal telah "benar-benar gagal" menolong keluarga mereka.

Perlunya dukungan dari pemerintah

Hal yang paling diinginkan keluarga Robyn adalah pertanyaan "apakah Anda perlu sesuatu?" dari departemen kesehatan federal dan negara bagian.

Ketika ibunya sakit lalu meninggal, Kate menelepon 'hotline coronavirus' dari departemen kesehatan federal dan negara bagian Australia, serta politisi yang mencoba mengadvokasi keluarganya.

"Ini membuat saya harus menghidupkan kembali trauma ini berulang kali," kata Kate.

"

"Kadang orang tidak percaya pada saya … mereka tidak percaya bahwa mereka sedang berbicara dengan salah satu dari 11 keluarga orang yang meninggal."

"

Kate mengatakan mereka harus berjuang untuk mengunjungi ibu mereka di rumah sakit.

Mereka harus berjuang untuk meyakinkan saudaranya, Kris untuk mendapatkan vaksin MRNA untuk dosis kedua setelah menggunakan AstraZeneca untuk dosis pertamanya tetapi tidak menginginkannya lagi setelah apa yang terjadi pada ibunya.

Mereka harus mencari cara untuk membawa Ross keluar dari Tasmania untuk menemui Robyn sebelum dia meninggal.

Mereka harus mengambil cuti berminggu-minggu dan mencari dukungan kesehatan mental secara mandiri.

"Saya ingin bicara pada pekerja sosial atau manajer kasus supaya kemudian mereka bisa memberi tahu orang lain dan memberi kami bantuan yang kami butuhkan, tapi itu tidak pernah terjadi," kata Kate.

Dalam sebuah pernyataan, juru bicara Menteri Kesehatan federal Greg Hunt mengatakan kehilangan seorang anggota keluarga adalah "tragedi".

"Menteri telah meminta seorang pejabat kesehatan senior menghubungi keluarga untuk menawarkan dukungan lebih lanjut dan untuk memastikan badan 'Services Australia' [atau Layanan Australia] memiliki informasi yang diperlukan untuk mengelola klaim," kata pernyataan itu.

Seorang juru bicara pemerintah Victoria mengungkapkan rasa "simpati tulus" mereka kepada keluarga dan teman-teman Robyn.

Diproduksi oleh Natasya Salim dari laporan dalam bahasa Inggris

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement