Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Trimanto B. Ngaderi

Jago Kandang: Pahlawan Baru ala Media Sosial

Eduaksi | Saturday, 14 May 2022, 17:20 WIB

JAGO KANDANG: PAHLAWAN BARU ALA MEDIA SOSIAL

Peperangan di zaman dahulu adalah peperangan yang terjadi di suatu tempat tertentu secara tatap muka. Peperangan yang berhadapan langsung dengan lawan. Masing-masing pihak saling beradu kekuatan, beradu keahlian dalam memainkan senjata. Di sini sangat ditonjolkan sikap berani, ksatria, dan pantang menyerah.

Sekiranya ada seorang prajurit atau tentara yang tidak berani berperang secara tatap muka, ia malah bersembunyi, hanya berteriak-teriak dari kejauhan, atau malah ia sengaja melarikan diri dari medan pertempuran; maka ia disebut sebagai pengecut. Terkadang sebelum berperang, ia berteriak-teriak lantang, memaki-maki musuh, berlagak seperti pahlawan. Akan tetapi ketika peperangan sudah di depan mata, tiba-tiba ia mundur teratur dan ciut nyalinya.

Dalam bermedia sosial (terutama di Twitter) kita sering menjumpai “pahlawan-pahlawan” baru ala media sosial, dalam arti mereka berlagak seperti pahlawan. Mereka menyuarakan perihal keadilan, kemakmuran, kesetaraan, transparansi, dll. Juga melakukan perlawanan terhadap ketidakadilan, kezaliman, kesewenang-wenangan, arogansi, kediktatoran, diskriminasi, dsb.

Di sisi lain, tidak sedikit cuitan mereka berisi umpatan, cacian, hinaan, tuduhan, hujatan, ujaran kebencian, dan semacamnya. Sayangnya mereka melakukan itu tanpa didahului dengan konfirmasi (tabayun), tanpa didasari data dan informasi yang lengkap, tanpa ada penelitian lapangan (investigasi), tanpa diserta pemahanan permasalahan secara komprehensif.

Hanya dari sebuah potongan berita, sepenggal video, atau bahkan sekedar status di media sosial; mereka langsung memberikan sebuah penilaian, bahkan hingga membuat kesimpulan tertentu. Parahnya lagi, selanjutnya mereka melakukan provokasi, adu-domba, atau intimidasi. Dalam tema politik, mereka menantang lawan dengan lantang, menjatuhkan lawan dengan berbagai jurus retorika, mencemarkan nama baik lawan dengan kesalahan kecil atau kesalahan di masa lalu, memfitnah lawan, dan seterusnya.

Sayangnya, mereka seberani itu hanya sebatas di dunia maya. Coba kalau berhadapan langsung face to face, barangkali mereka bak tikus di hadapan kucing, tidak punya nyali, atau malah lari terbirit-birit. Bahkan, saking pengecutnya mereka tak mau diketahui identitas dirinya, sehingga membuat akun palsu (fiktif). Mereka tak lebih dari sekedar JAGO KANDANG.

https://aspek.id/wp-content/uploads/2021/07/juli_23_twitter.jpg

Seekor ayam jago yang terlihat kuat dan gagah, tapi dia hanya berteriak-teriak atau meloncat-loncat dari dalam kandang. Ia hanya menakut-nakuti ayam jago yang berada di luar kandang. Ia terlihat seperti pemenang atau jagoan, padahal senyatanya tidak. Karena ia tidak benar-benar bertarung secara sungguhan dengan lawannya di luar kandang.

Penutup

Sebenarnya Twitter cukup bermanfaat dalam menambah wawasan dan kerangka berpikir, karena bisa mem-follow para tokoh politik, pengusaha, cendekiawan, agamawan, aktivis, dll. Tapi di sisi lain, jika konten-nya lebih banyak yang bersifat politik yang tidak sehat, membuat panas pikiran, memancing amarah dan kebencian, atau menimbulkan kekacauan dan kekerasan di dunia nyata; sebaiknya kita jeda sejenak. Berpuasa untuk tidak membuka Twitter dalam beberapa waktu. Menahan diri dari terlalu sering bermedia sosial.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image