Jumat 13 May 2022 20:21 WIB

Menteri Investasi Jelaskan Pertemuan Indonesia dengan 12 Perusahaan AS

Pertemuan tersebut dilakukan disela kunjungan Presiden Jokowi ke AS.

Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia.
Foto: ANTARA/Jessica Helena Wuysang
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Investasi Bahlil Lahadalia mengatakan Indonesia telah melakukan pertemuan forum bisnis yang dihadiri 12 perusahaan Amerika Serikat, di sela kunjungan Presiden RI Joko Widodo dan delegasi menghadiri KTT ASEAN-AS, di Washington DC, AS."Kami juga melaporkan atas arahan Presiden dan atas koordinasi ibu Menlu, kami telah melakukan business forum yang dihadiri 12 perusahaan luar biasa dari Amerika," kata Bahlil dalam keterangan pers virtual dari Washington DC, yang disaksikan di Jakarta, Jumat (13/5/2022).

Pertama, Bahlil melaporkan perusahaan Microsoft akan membangun data center dan beberapa infrastruktur telekomunikasi, dan sudah mulai berjalan."Tadi kita mulai up to date dengan mereka," jelas Bahlil.

Baca Juga

Kemudian, kata dia, terdapat perusahaan Cargill, Air Product, serta Freeport. Terkait Freeport, Bahlil melaporkan bahwa pembangunan smelter Freeport di Gresik hari ini sudah mencapai 40 persen, dan ditargetkan pada akhir 2023 sudah COD.

"Ini adalah perintah Presiden terkait dengan implementasi UU Minerba. Jadi hilirisasi adalah satu kata kunci yang tidak diprioritaskan kepada salah satu perusahaan tertentu, tapi harus semuanya sama," ujar dia.

Selanjutnya, ada juga perusahaan lampu Alphalite, yang akan menyuplai kebutuhan lampu di hampir semua negara, serta perusahaan C4V selaku industri baterai yang juga akan masuk ke Indonesia.

"Jadi kemarin untuk membangun ekosistem baterai mobil, ada China, Korea, Jerman dan Inggris. Hari ini ada perusahaan dari Amerika yang ikut ambil bagian masuk di Indonesia. Kami sudah menawarkan kepada mereka bahwa jika tidak masuk investasi ekosistem baterai di Indonesia, itu salah satu perusahaan yang mungkin akan rugi, sebab semua bahan baku yang ada di Indonesia itu untuk ekosistem baterai mobilnya cukup bagus," kata Bahlil.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement