Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Upik Kamalia

Guru Yang Mengajar Sepenuh Hati

Eduaksi | Thursday, 12 May 2022, 09:52 WIB

Senang rasanya melihat guru yang mengajar dengan sepenuh hati. Kadang merasa malu sendiri mendengar pengalaman dan cerita mereka menghadapi murid. Ternyata saya belum apa-apa dengan apa yang sudah dilakukan. Guru-guru seperti itu rata-rata adalah guru yang disenangi murid-muridnya. Guru yang memberi perhatian penuh dan sangat ingin muridnya berhasil. Segala cara ia lakukan agar muridnya menjadi orang.

Guru yang demikian termasuk langka dizaman ini. Zaman yang sebab cepat, serba praktis yang berimbas pada praktek pengajaran disekolah. Hari ini semua hal mudah diapatkan, jika dulu guru harus mempersiapkan diri untuk mengajar, membaca kembali buku-buku yang ada, kini bisa diambil begitu dari intenet. Yang penting itu ada sinyal saja dizaman berbagi ini. Di satu sisi hal itu sebuah perkembangan yang baik karena sudah ada komunikasi yang baik diantara sesama pengajar, dimana mereka semua bisa saling berbagi pengalaman tentang banyak hal. Namun disisi lain kecendrungan serba cepat dan praktis tadi justru bertemu “temannya” dan pada akhirnya semakin berkembang . Jadi tetap saja yang baik dan rajin akan semakin rajin dan yang tidak ya semakin enak karena tidak perlu lagi bekerja keras. Yang perlu dipelajari cara mengopi, cara mengambil, cara membuat presentasi dan sebagainya, bahkan yang demikian itu sudah ada pula yang menawarkan. Intinya semua sudah tersedia.

Saya melihat bahwa yang perlu sekali ditekankan itu adalah pengembngan pribadi gurunya agar ia bangga menjadi guru dan mengetahui dengan jelas tugas dan fungsinya sebagai guru. Anak-anak tetaplah anak-anak yang bagaimanapun canggihnya teknologi tetap memerlukan perhatian yang manusiawi dari guru-gurunya. Proses pebelajaran tidak melulu harus memaksakan diri dengan pemanfaatan teknologi terlebih jika memang hal itu justru akan membuat anak-anak semakin jauh dari tujuan pengajaran itu sendiri. Ki Hajar Dewantara telah mengatakan bahwa tujuan pendidikan haruslah menjadikan murid dapat hidup sesuai dengan zamannya dan untuk mencapai itu seorang guru mesti mempehatikan kodrat alam dan kondrat zaman si murid.

Menjadi guru yang mengajar dengan sepenuh hati itu tidaklah gampang karena kodrat alam dan kodrat zaman tadi. Berbagai persoalan tidak hanya harus dihadapi murid tapi juga guru. Seorang guru memang harus pandai betul memilah persoalan agar semua tidak tercampur aduk ketika mengajar disekolah. Terlebih dimasyarakat kita sosok guru adalah figure yang dituntut sempurna karena ia adalah guru yang akan ditiru murid-muridnya. Sementara godaan diluar sana begitu banyak yang akan mengganggu guru focus mengajar. Oleh sebab itu serang guru pun harus juga menata dirinya terlebih dahulu sebelum mengajar dan memutuskan menjadi guru.

Guru yang mengajar dengan penuh hati itu langka. Dalam 100 orang mungkin hanya satu yang demikian. Namun guru yang seperti ini akan selalu dikenang, diingat dan terpatri dalam jiwa murid-muridnya sepanjang masa. Guru ini suka dan bersemangat melihat murid-muridnya berhasil melebihi dirinya. Ia akan melakukan apa saja untuk keberhasilan murid-muridnya. Hatinya ada bersama murid-muridnya. Persoalan mereka adalah persoalan nya yang akan menjadi buah pikirnya.Guru ini langka namun saya melihat mereka ada dalam program guru penggerak. Rata-rata yang lulus sebagai calon guru penggerak adalah mereka yang memiliki kepedulian tinggi seperti itu. Semoga pada akhirnya mereka memang menjadi motor pengerak perubahan disekolahnya masing-masing. untuk itu mereka perlu didukung karena perubahan tidak mungkin diwujudkan tanpa merubah sistem dan cara berpikir orang-orang didalamnya. Guru yang mengajar dengan sepenuh hati itu luar biasa dan langka. Namun mereka adalah mutiara yang diperlukan saat ini.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image