Kamis 12 May 2022 09:13 WIB

Penyelidikan Awal Tunjukkan Abu Akleh Berada 150 Meter dari Tentara Israel

Penyelidikan awal menunjukkan Shireen Abu Akleh berada 150 meter dari tentara Israel.

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
Wartawan dan petugas medis membawa jenazah Shireen Abu Akleh, seorang jurnalis jaringan Al Jazeera, ke kamar mayat di dalam Rumah Sakit di kota Jenin, Tepi Barat, Rabu, 11 Mei 2022.
Foto: AP Photo/Majdi Mohammed
Wartawan dan petugas medis membawa jenazah Shireen Abu Akleh, seorang jurnalis jaringan Al Jazeera, ke kamar mayat di dalam Rumah Sakit di kota Jenin, Tepi Barat, Rabu, 11 Mei 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Militer Israel mengatakan, penyelidikan awal menunjukkan Shireen Abu Akleh berada 150 meter dari tentara Israel. Abu Akleh adalah jurnalis Aljazirah yang ditembak mati pasukan Israel saat meliput serbuan ke Kota Jenin, Tepi Barat.

Pada Kamis (12/5/2022) surat kabar Israel, Haaretz melaporkan, penyelidikan awal yang dilakukan tentara Israel menunjukkan Abu Akleh berada sekitar 150 meter dari tentara Israel. Ketika ia ditembak di kepala hingga tewas.

Baca Juga

Haaretz melaporkan, peluru yang digunakan berdiameter 5,56 milimeter dan ditembakkan dari senapan laras panjang M16. Surat kabar itu menambahkan, berdasarkan laporan tersebut "masih belum jelas" apakah Akleh dibunuh tembakan Israel atau "Palestina".

Pemerintah Palestina dan Jaringan Media Aljazirah yakin Abu Akleh ditembak tentara Israel. Sementara jurnalis lain yang berada di lokasi kejadian juga mengatakan wartawan 51 tahun itu tewas ditembak pasukan Israel.

Sebelumnya Direktur Eksekutif US Campaign for Palestinian Rights Ahmad Abuznaid mengatakan, dorongan Pemerintah Amerika Serikat (AS) pada penyelidikan pembunuhan jurnalis Aljazirah Shireen Abu Akleh hanya "gestur kosong".

"Anda tidak bisa meminta Pemerintah Israel untuk menyelidiki diri mereka sendiri ketika mereka telah melanggar hak asasi manusia selama 70 tahun lebih dan mengharapkan mereka memberikan hasil yang berbeda dari yang mereka berikan selama puluhan tahun ini," kata Abuznaid.

"Masyarakat internasional telah melihat kekejaman ini lagi dan lagi, entah itu terekam dalam siaran langsung atau tidak dan kami tidak pernah melihat pertanggungjawaban," tambahnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement