Kamis 12 May 2022 04:10 WIB

Perusakan Masjid dan Sinagog di Portland Justru Perkuat Soliditas Warga

Warga di Portland tak terprovokasi perusakan tempat ibadah masjid dan sinagog

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Nashih Nashrullah
Ilustrasi perusakan masjid. Warga di Portland tak terprovokasi perusakan tempat ibadah masjid dan sinagog
Foto: Republika/Mardiah
Ilustrasi perusakan masjid. Warga di Portland tak terprovokasi perusakan tempat ibadah masjid dan sinagog

REPUBLIKA.CO.ID, PORTLAND– Awal bulan ini, ketika seorang pria mencoba untuk menyalakan api di luar sebuah masjid di Portland, Amerika Serikat, masyarakat setempat berkumpul untuk saling menjaga rumah ibadah itu. Mereka juga mencari tahu alasan pelaku melakukan tindakan ekstrem tersebut.

"Ini adalah situasi yang menarik karena banyak orang mengenalnya tetapi tidak tahu dia akan terus melakukan kejahatan ini," kata Ketua Dewan di Dewan Hubungan Amerika-Islam-Oregon, Zakir Khan, dilansir dari The New Arab, Rabu (11/5/2022). 

Baca Juga

"Lebih dari setahun yang lalu, dia mulai dipengaruhi oleh propaganda sayap kanan. Ini adalah kisah radikalisasi diri," tambah Khan, yang dia yakini kejahatan memuncak baru-baru ini. 

Pada 3 Mei, pelaku bernama Michael Bivins mencoba membakar Pusat Komunitas Muslim Portland, yang berfungsi sebagai masjid dan tempat berkumpulnya komunitas.  

Untungnya, bagi jamaah, yang sebagian berada di dalam gedung pada saat itu, dinding luarnya dicat dengan bahan tahan api. 

Sebelum kejadian ini juga, dua sinagog di area yang sama dirusak pada akhir April dan awal Mei. Bivins bahkan mengancam umat beragama langsung di televisi, bahwa dia akan melakukan lebih banyak tindakan serupa.  

"Insiden semacam ini adalah pengingat terus-menerus bahwa kita harus selalu waspada dalam melindungi komunitas kita," kata Khan, mencatat bahwa setelah insiden serupa di masa lalu, penduduk setempat menjaga tetangga mereka saat berdoa di masjid. 

“Selama Ramadhan, pada malam hari, warga menjaga masjid ketika orang-orang sedang sholat. Insiden seperti itu, tambahnya, membawa trauma dan trauma perwakilan, "katanya. 

Meskipun dia tersentuh oleh komunitas lokalnya yang bersatu unyuk menjaga, dia berharap insiden seperti itu akan segera berlalu. "Saya pikir, ketika Trump kalah dalam pemilihan, insiden ini akan hilang," katanya.  

 "Ini benar-benar menunjukkan bahwa kita perlu berinvestasi dalam keragaman, kesetaraan, dan inklusi. Alih-alih belajar bagaimana membenci, orang dapat belajar bagaimana mencintai," tambahnya.  

Vandalisme di sinagoga terjadi tepat setelah Yom Hashoah, Hari Peringatan Holocaust, dan kebakaran masjid terjadi tepat setelah Idul Fitri, menandai akhir Ramadhan.     

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement