Rabu 11 May 2022 20:38 WIB

Paus Fransiskus Minta Pemerintah Sri Lanka Dengar Aspirasi Rakyat

Sri Lanka kerahkan militer ke jalan untuk memastikan keamanan di tengah aksi protes.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
Paus Fransiskus menyampaikan pidatonya saat mendaraskan doa zuhur Regina Coeli dari jendela studionya yang menghadap ke Lapangan Santo Petrus, di Vatikan, Ahad, 8 Mei 2022.
Foto: AP Photo/Andrew Medichini
Paus Fransiskus menyampaikan pidatonya saat mendaraskan doa zuhur Regina Coeli dari jendela studionya yang menghadap ke Lapangan Santo Petrus, di Vatikan, Ahad, 8 Mei 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, VATIKAN -- Paus Fransiskus menyoroti pergolakan yang tengah berlangsung di Sri Lanka. Dia meminta otoritas di sana mendengarkan aspirasi rakyat.

“Saya menyampaikan perhatian khusus pada rakyat Sri Lanka dan para pemuda yang belakangan ini membuat tangisan mereka didengar dalam menghadapi masalah sosial serta ekonomi negara,” kata Paus Fransiskus di akhir audiensi umum di Lapangan Santo Petrus, Rabu (11/5/2022), dikutip laman Asianews.

Baca Juga

Paus Fransiskus mengungkapkan, dia bergabung dengan otoritas agama-agama di sana dalam mendesak semua pihak menjaga perdamaian dan tidak terjerumus pada aksi kekerasan. “Saya mengimbau semua pihak yang bertanggung jawab untuk mendengarkan aspirasi rakyat, menjamin penghormatan penuh terhadap hak asasi manusia (HAM), dan kebebasan sipil,” ucapnya.

Sri Lanka mengerahkan personel dan kendaraan militer ke jalan-jalan di negara tersebut, termasuk di ibu kota Kolombo, Rabu. Hal itu untuk memastikan keamanan di tengah gelombang demonstrasi nasional menuntut reformasi pemerintahan.

Pengerahan itu dilakukan sehari setelah Kementerian Pertahanan Sri Lanka memerintahkan personel Angkatan Darat, Angkatan Udara dan Angkatan Laut untuk menembaki siapa pun yang menjarah properti publik atau menyebabkan kerugian bagi orang lain di tengah kekacauan akibat aksi protes. Saat ini Sri Lanka juga telah menerapkan jam malam.

Menteri Pertahanan Sri Lanka Jenderal (Purnawirawan) Kamal Gunaratne mendesak para demonstran untuk tetap tenang dan tidak menggunakan kekerasan. Dia memperingatkan, jika penjarahan dan kerusakan properti terus berlanjut, Kementerian Pertahanan Sri Lanka akan dipaksa untuk menegakkan hukum secara tegas terhadap para pelanggar. “Saya mengimbau para pemuda dan pemudi untuk menahan diri dari melakukan kekerasan. Jangan membakar properti publik dan pribadi. Terlibatlah dalam perjuangan Anda dengan cara yang demokratis dan damai,” kata Gunaratne.

Dia menambahkan, para penjarah telah mengambil kesempatan untuk melakukan kejahatan dengan kedok protes damai. Gunaratne mengaku sangat menyayangkan aksi-aksi tersebut.

Saat ini Sri Lanka tengah menghadapi krisis ekonomi akut. Selama beberapa bulan terakhir, warga di sana harus mengantre berjam-jam untuk membeli bahan bakar minyak, gas untuk memasak, bahan makan, serta obat-obatan yang sebagian besar diimpor. Kurangnya mata uang keras telah menghambat Sri Lanka mengimpor bahan mentah untuk manufaktur. Inflasi memburuk dan melonjak menjadi 18,7 persen pada Maret lalu.

Kondisi tersebut mendorong warga Sri Lanka turun ke jalan dan menggelar demonstrasi besar-besaran sejak Maret. Bulan itu, harga barang-barang di sana naik 19 persen atau merupakan yang tercepat di Asia. Baru-baru ini Kementerian Keuangan Sri Lanka mengumumkan bahwa cadangan devisa yang dapat digunakan telah anjlok di bawah 50 juta dolar AS.

Kondisi tersebut mencemaskan karena stok bahan bakar minyak di negara tersebut menipis. Sementara harga minyak sedang melonjak karena dipengaruhi konflik Rusia-Ukraina. Otoritas Sri Lanka telah mengumumkan bahwa pemadaman listrik di seluruh negeri akan meningkat menjadi sekitar empat hari. Hal itu karena mereka tak dapat memasok bahan bakar yang cukup ke pembangkit listrik.

Bulan lalu Sri Lanka telah memutuskan menangguhkan pembayaran utang luar negerinya. Secara total negara tersebut memiliki utang 25 miliar dolar AS. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement