Rabu 11 May 2022 16:23 WIB

Presiden Sri Lanka Peringatkan Warga Hindari Disharmoni Rasial dan Agama

Meski didesak mundur, presiden Sri Lanka minta rakyat bersatu atasi krisis.

Rep: Kamran Dikarma/Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa menyerukan warganya untuk menolak upaya disharmoni rasial dan agama di negara yang tengah dilanda krisis ekonomi tersebut.
Foto: AP Photo/Eranga Jayawardena
Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa menyerukan warganya untuk menolak upaya disharmoni rasial dan agama di negara yang tengah dilanda krisis ekonomi tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, KOLOMBO -- Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa menyerukan warganya untuk menolak upaya disharmoni rasial dan agama di negara yang tengah dilanda krisis ekonomi tersebut. Meskipun sudah didesak mundur, Gotabaya justru meminta rakyat di sana bersatu mengatasi krisis.

“Inilah saatnya bagi semua warga Sri Lanka untuk bergandengan tangan menjadi satu, untuk mengatasi tantangan ekonomi, sosial, dan politik. Saya mendesak semua warga Sri Lanka menolak upaya subversif yang mendorong Anda ke arah disharmoni rasial dan agama. Mempromosikan moderasi, toleransi, dan koeksistensi sangat penting,” kata Gotabaya lewat akun Twitter-nya, Rabu (11/5).

Baca Juga

Belum jelas mengapa tiba-tiba Gotabaya memperingatkan tentang disharmoni rasial dan agama. Kendati demikian, Sri Lanka memang memiliki sejarah cukup panjang dan berdarah terkait ketegangan antar-etnis. Saat ini ketegangan masih membekap wilayah-wilayah di Sri Lanka.

Gotabaya telah menginstruksikan penerapan jam malam yang mulai diterapkan pada Selasa (10/5). Ribuan polisi dan militer telah dikerahkan untuk berpatroli di jalan-jalan. Mereka pun diberi otoritas untuk menembak warga yang melakukan penjarahan.

Pada Senin (9/5) malam, ribuan pengunjuk rasa anti-pemerintah menggeruduk kediaman resmi perdana menteri Sri Lanka yang baru saja mengundurkan diri, Mahinda Rajapaksa. Hal itu membuat Mahinda harus dievakuasi oleh militer pada Selasa dini hari.

Meski menuntut reformasi dan penghapusan unsur “Rajapaksa” di tubuh pemerintahan, pengunduran diri Mahinda tak membuat gelombang demonstrasi yang telah berlangsung sejak Maret mereda. Dalam aksi penggerudukan kediaman Mahinda, para pengunjuk rasa menyerbu gedung utama berlantai dua tempat Mahinda bersembunyi bersama keluarga dekatnya.

“Setelah operasi sebelum fajar, mantan perdana menteri dan keluarganya dievakuasi ke tempat yang aman oleh tentara. Setidaknya 10 bom bensin dilemparkan ke dalam kompleks,” kata seorang pejabat tinggi keamanan, dikutip laman the Guardian.

Dalam proses evakuasi, polisi terus menembakkan gas air mata dan tembakan peringatan ke udara. Mahinda Rajapaksa adalah kakak dari Gotabaya Rajapaksa. Sebelum mengisi posisi perdana menteri, Mahinda pernah menjabat sebagai presiden selama sepuluh tahun, yakni dari 2005 hingga 2015.

Meski sudah didesak dan dituntut mundur, Mahinda sempat menolak melakukannya. Namun pada Senin lalu, dia akhirnya menyerahkan surat pengunduran diri kepada adiknya, Gotabaya. “Banyak pemangku kepentingan telah menunjukkan solusi terbaik untuk krisis saat ini adalah pembentukan pemerintahan semua partai sementara. Oleh karena itu, saya telah mengajukan pengunduran diri saya agar langkah selanjutnya dapat diambil sesuai dengan konstitusi,” tulisnya dalam surat itu.

Pengunduran diri Mahinda merupakan konsesi terbaru yang dibuat dinasti Rajapaksa dalam menghadapi aksi protes berkepanjangan. Gotabaya baru-baru ini setuju untuk mencabut amandemen konstitusi yang telah memusatkan kekuasaan di tangannya dan menyerahkan kekuasaan kembali ke parlemen. Anggota keluarga Rajapaksa lainnya yang sebelumnya menduduki kursi di kabinet juga telah mengundurkan diri. Saat ini, Gotabaya adalah satu-satunya Rajapaksa yang masih berkuasa.

Saat ini Sri Lanka tengah menghadapi krisis ekonomi akut. Selama beberapa bulan terakhir, warga di sana harus mengantre berjam-jam untuk membeli bahan bakar minyak, gas untuk memasak, bahan makan, serta obat-obatan yang sebagian besar diimpor. Kurangnya mata uang keras telah menghambat Sri Lanka mengimpor bahan mentah untuk manufaktur. Inflasi memburuk dan melonjak menjadi 18,7 persen pada Maret lalu. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement