Rabu 11 May 2022 00:36 WIB

Hindari Ekuitas, Investor di China Lari ke Obligasi dan Deposito

Penggalangan dana baru oleh ekuitas aktif dan reksa dana di China merosot 83 persen.

 Seorang pria berjalan melewati papan elektronik bank yang menunjukkan indeks saham Hong Kong di Bursa Efek Hong Kong Selasa, 17 Agustus 2021. Investor China menghindari dana ekuitas dan menumpuknya ke obligasi, deposito dan produk pasar uang, karena saham-saham jatuh dan prospek ekonomi yang suram melemahkan permintaan untuk aset-aset berisiko.
Foto: AP/Vincent Yu
Seorang pria berjalan melewati papan elektronik bank yang menunjukkan indeks saham Hong Kong di Bursa Efek Hong Kong Selasa, 17 Agustus 2021. Investor China menghindari dana ekuitas dan menumpuknya ke obligasi, deposito dan produk pasar uang, karena saham-saham jatuh dan prospek ekonomi yang suram melemahkan permintaan untuk aset-aset berisiko.

REPUBLIKA.CO.ID, SHANGHAI -- Investor China menghindari dana ekuitas dan menumpuknya ke obligasi, deposito dan produk pasar uang, karena saham-saham jatuh dan prospek ekonomi yang suram melemahkan permintaan untuk aset-aset berisiko. Uang sedang bergerak begitu cepat ke beberapa kendaraan investasi simpanan sehingga para fund manager mulai membatasi aliran untuk menjaga ukuran.

Penghindaran risiko juga mendorong bank-bank itu sendiri untuk menanamkan uang ke dalam surat berharga, daripada pinjaman perusahaan, memperumit upaya Beijing untuk memandu lebih banyak kredit ke dalam ekonomi yang dilanda pandemi.

Baca Juga

Penggalangan dana baru oleh ekuitas aktif dan reksa dana di China merosot 83 persen selama periode Januari-April dari tahun sebelumnya, menjadi 154,6 miliar yuan (23 miliar dolar AS), menurut konsultan dana Z-Ben Advisors. "Penurunan permintaan itu tidak hanya disebabkan oleh penurunan pasar saham-A, tetapi juga kinerja dana-dana ekuitas China yang terus-menerus rendah," kata Ivan Shi, kepala penelitian Z-Ben.

Sebuah indeks yang melacak kinerja dana-dana ekuitas aktif China telah anjlok 25 persen sepanjang tahun ini, dibandingkan dengan kerugian 17 persen dalam indeks acuan. "Kecuali manajer dapat mengungguli pasar yang luas, sulit untuk mengharapkan kebangkitan arus masuk dana," kata Shi.

Zoey Qin, seorang account manager bank di Shanghai, mengatakan banyak klien telah merugi oleh dana-dana ekuitas, dan mencari alternatif dalam produk berisiko rendah seperti dana obligasi atau deposito. 

Selera risiko telah menguap dalam beberapa bulan terakhir, setelah krisis Ukraina-Rusia dan penguncian COVID-19 Shanghai. Data Z-Ben menunjukkan lonjakan penggalangan dana obligasi selama dua bulan terakhir, dengan total 127 miliar yuan, atau 27 persen lebih tinggi dari level tahun sebelumnya.

Sementara itu, uang mengalir deras ke dana pasar uang dan deposito bank. Pada 26 April, dana yang diluncurkan oleh China Merchants Fund Management Co yang berinvestasi dalam sertifikat deposito antar bank (NCD) mencapai target penggalangan dana sebesar 10 miliar yuan pada hari pertama penjualannya.

Sejumlah produk deposito-investasi serupa mulai membatasi arus masuk uang selama seminggu terakhir untuk mencegah ukuran dana mereka membengkak. "Pasar properti lesu, dan Anda tidak berani membeli saham. Jadi wajar jika uang Anda dialihkan ke reksa dana pasar uang, obligasi, atau deposito," kata Rocky Fan, ekonom di Guolian Securities.

Fan juga menunjukkan tanda-tanda bahwa bank tidak mau, atau tidak mampu memberikan pinjaman kepada perusahaan, alih-alih memompa uang ke pasar sekunder. Acceptance bills bank - instrumen pembayaran jangka pendek yang dijaminkan yang dianggap berisiko rendah - dihitung sebagai pinjaman, tetapi tidak mengarahkan uang tunai baru ke ekonomi riil.

Imbal hasil dari acceptance bills 7 hari dan 1 bulan turun menjadi 0,0281 persen dan 0,0466 persen pada akhir April, menurut Shanghai Commercial Paper Exchange. "Ketika Anda melihat hasil yang sangat rendah seperti itu, itu biasanya berarti bahwa pasar surat utang jangka pendek ini dipenuhi dengan uang, sementara ada kekurangan permintaan pinjaman yang parah," kata Fan.

"Itu berarti bank tidak dapat menemukan klien yang cukup baik untuk dipinjamkan."

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement