Senin 09 May 2022 18:23 WIB

Kenaikan Suku Bunga The Fed Giring Modal Asing Keluar Bursa Saham

IHSG ditutup koreksi sebesar 4,42 persen ke level 6.909,75 pada Senin (9/5/2022).

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Nidia Zuraya
Dana Asing (ilustrasi)
Foto: IST
Dana Asing (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kenaikan suku bunga acuan bank sentral AS, Federal Reserve (the Fed) disebut menjadi penyebab utama keluarnya dana investor asing dari pasar modal Indonesia. Di bursa saham, investor asing tercatat melakukan aksi jual hingga Rp 2,59 triliun.

Derasnya dana asing yang keluar menyebabkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melorot ke zona merah sejak pembukaan perdagangan. IHSG pun ditutup koreksi sebesar 4,42 persen ke level 6.909,75 pada Senin (9/5/2022). 

Baca Juga

"Fed rate paling berpengaruh terhadap sentimen negatif keluarnya dana investor asing. Ada perpindahan alokasi dana ke negara maju paskanaiknya Fed rate secara agresif," kata Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira, Senin (9/5/2022).

Rilis inflasi yang mulai meningkat sepanjang April menjadi 0,95 persen mengindikasikan kenaikan harga mulai berlanjut di Indonesia. Menurut Bhima, investor pastinya menunggu respons Bank Indonesia (BI) untuk menaikkan suku bunga 25-50 bps dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) ke depan.

"Semakin BI pre emptives maka tekanan terhadap dana keluar bisa dicegah," kata Bhima.

 Selain itu, lanjut Bhima, pelarangan ekspor CPO yang berlanjut dianggap meningkatkan risiko terhadap kinerja emiten perkebunan. Semakin lama CPO dilarang maka kenaikan harga komoditas yang diharapkan menjadi penopang indeks menjadi berkurang efeknya.

Senada dengan Bhima, Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE), Piter Abdullah, menilai penurunan tajam IHSG disebabkan oleh sentimen negatif kenaikan suku bunga the Fed. "Meskipun tidak berdampak langsung kepada emiten di pasar modal, kenaikan ini mendorong investor merealisasikan keuntungan pada posisi harga saham yang masih tinggi," kata Piter. 

Piter memperkirakan sentimen negatif paskaliburan panjang ini tidak akan berlangsung lama. Menurutnya, data pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi pada kuartal I 2022 sebesar 5,01 persen bisa menjadi pemicu bangkitnya kembali optimisme investor. 

"Perekonomian Indonesia masih didukung oleh tingginya harga komoditas dan emiten-emiten yang terkena koreksi sesungguhnya tidak punya masalah structural. Saya perkirakan harga saham emiten besar akan segera rebound," tutup Piter.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement