Warga Lereng Merapi Gelar Tradisi Syawalan

Red: Agung Sasongko

Senin 09 May 2022 15:23 WIB

Sejumlah warga berkumpul saat mengikuti Tradisi Kenduri Ketupat Syawalan di lereng Gunung Merapi, Mlambong, Sruni, Musuk, Boyolali, Jawa Tengah, Rabu (12/6/2019). Foto: Antara/Aloysius Jarot Nugroho Sejumlah warga berkumpul saat mengikuti Tradisi Kenduri Ketupat Syawalan di lereng Gunung Merapi, Mlambong, Sruni, Musuk, Boyolali, Jawa Tengah, Rabu (12/6/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Warga di lereng Gunung Merapi, tepatnya di Dukuh Mlambong, Desa Sruni, Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Senin, menggelar tradisi Syawalan atau Lebaran Ketupat 2022 dengan mengarak ratusan ekor ternak sapi keliling kampung dengan tetap menerapkan protokol kesehatan COVID-19.

Warga dalam penyelenggaraan upacara tradisi Syawalan/Lebaran Ketupat pada tahun ini, tampak lebih antusias karena pemerintah sudah memberikan kelonggaran izin mudik karena kasus pandemi COVID-19 sudah mulai melandai selama liburan Idul Fitri 1443 Hijriah.

Baca Juga

Bahkan, warga yang hadir dalam upacara tradisi tersebut lebih banyak mencapai 1.000-an orang dibanding tahun sebelumnya yang dilaksanakan sederhana dan jumlah terbatas karena kasus pandemi COVID-19 masih tinggi di wilayah ini.Ketua RW 4 Dukuh Mlambong Desa Sruni Jaman (53) selaku tokoh masyarakat menjelaskan upacara tradisi Syawalan/Lebaran Ketupat diawali berdoa bersama kemudian dilanjutkan makan ketupat yang dibawa sendiri dari rumah.Hal itu, sebagai wujud syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan banyak rejeki dan dilanjutkan arak-arakan ternak sapi sebagai hewan piaraan warga setempat.

"Pada tradisi Syawalan Lebaran Ketupat ini, ternak sapi juga dimanjakan oleh pemiliknya dengan diberikan makanan ketupat sebelum diarak keliling kampung kemudian baru dimandikan untuk kembali dikandangkan," katanya.

Upacara tradisi Syawalan dengan mengarak ternak sapi tersebut, kata Jaman, mengikuti kisah Nabi Sulaiman untuk mewujudkan rasa syukur kepada Tuhan YME yang telah memberikan rejeki melalui hewan ternak piaraan warga setempat tersebut.Pada penyelenggaraan tradisi Syawalan tahun ini, karena kasus COVID-19 sudah mereda, sehingga banyak diikuti warga yang memiliki ternak sapi total sebanyak 300 ekor.

Pada penyelenggaraan tahun sebelumnya, hanya digelar secara sederhana dan diikuti terbatas karena kasus COVID-19 masih tinggi di wilayah ini."Bahkan, acara Syawalan arak-arakan sapi tahun ini, diikuti ratusan ekor sapi dan dihadiri seribuan orang dengan tetap menerapkan protokol kesehatan. Acara dibanding tahun sebelumnya jumlah peserta terbatas dan digelar sederhana sebagai simbol tradisi tetap dilaksanakan," katanya.