Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Robin sah

Pentingnya Memiliki 'Motivasi Langit' dalam Menulis

Eduaksi | Monday, 09 May 2022, 10:44 WIB

"Lama nggak menulis, ya?"

Sebuah pesan masuk. Berisi pertanyaan di atas. Membacanya, diri terasa tersentak.

Emang sudah lumayan lama tidak membuat naskah. Baik untuk media masa maupun catatan di medsos.

Seingat ane, terakhir menggarap tulisan, menjelang masuk sepuluh terakhir Ramadhan. Menyelesaikan beberapa naskah untuk majalah Mulia. Selesai itu off. Sampai sekarang.

Untuk catatan harian medsos atau blog umum, lebih lama lagi. Sepertinya yang terakhir coretan perjalanan dari Jawa Tengah, beberapa hari menjelang Ramadhan.

Mengupas tentang majalah dinding yang dimiliki para santri Hidayatullah Jogjakarta.

Ane hanya bisa menyam-senyum geli membaca pesan itu. Apalagi, datang dari senior yang sangat tinggi produktivitas menulisnya. Dalam sehari, beliau bisa dua kali posting tulisan. Itu belum termasuk naskah untuk media masa.

"Iya....."

Jawab ane singkat, dengan menyertakan imoji senyum malu.

"Harus semangat lagi!"

Balas beliau. Memang, sosok yang satu ini terkenal sebagai pribadi yang suka memberi motivasi orang. Yang diberi semangat pun, bisa langsung twrgerak, karena tahu kepribadiannya. Bukan hanya piawai bertuah. Tapi juga aksi nyata.

Beliau berani menyemangati untuk terus istikomah menulis, karena beliau sendiri telah mempraktikkannya. Seperti yang terurai di atas.

Bahkan dalam satu postingannya, beliau pernah mengungkap data, bahwa dalam satu tahun sudah 500-an lebih artikel terposting di web pribadinya. Sebuah angka yang fantastis.

Kalkulasi mudahnya begini. Jumlah hari dalam setahun itu 365 hari. Sedangkar artikel yang mampu ditulis 500 lebih. Artinya dalam sehari adakalanya beliau menulis pebih dari satu artikel.

Motivasi

Di tengah kemajuan tekhnologi seperti saat ini. Ditambah lagi dengan lesunya minat baca warga negara +62, memang kalau tidak memiliki motivasi atau niat yang kuat dalam menulis, bisa saja lunglai di tengah jalan.

Berapa kali ane dihujani pertanyaan baik tengah mengajar materi jurnalistik di STAI Luqman al-Hakim Surabaya, atau mengisi seminar;

"Apa urgensinya sih menulis saat ini. Toh banyak netizen lebih suka menonton video daripada membaca?"

Oleh fenomena itu, minim sekali mereka yang tertarik menerjuni dunia olah kata ini. Adapun yang ikut, semangatnya acap kembang-kempis. Akhirnya tumbang jua.

"Sampai hari ini, saya belum sukses mengkader penulis."

Ujar sabat senior itu dalam suatu kesempatan, ketika kami diskusi tentang kaderisasi penulis.

Di lain kesempatan,ada wartawan muslim senior mengungkapkan sebuah fakta;

"Sedikit sekali kaum muslimin yang tertarik menjadi wartawan. Dari yang sedikit itu, lebih sedikit lagi yang memiliki idealisme memperjuangkan Islam."

Tapi mengapa sahabat itu bisa segitu giatnya dalam menulis?

Mengapa motivasinya seperti tak pernah padam?

Nampaknya, jawaban dari pertanyaan di atas, terletak pada motivasi yang dimiliki oleh sang sahabat itu.

Ia telah mampu 'melangitkan' motivasinya dalam menulis. Tak lagi hirau apa kata orang. Apalagi sekedar berburu like dan komen dari para netizen.

Hal itu bisa dilihat dari konten yang dikupas. Idealis. Khas intelektual muslim yang membasiskan tulisannya pada nilai-nilai luhur agama ini. Jarang sekali tema yang dikupas mengikuti arus medsos.

Seringnya, beliau mengingatkan kawan-kawan di grup, untuk mampu membuat arus tersendiri. Bukan termakan arus viral di medsos). Karena itu akan sangat melelahkan. Membuang-buang energi.

Pesan penutup dari chatingan hari ini, juga ikut menguatkan betapa motivasi langit dalam menulis, benar-benar menjadi dorongannya dalam berkaryat tulis.

"Walau hidup kita sementara, walau fisik kita terbatas, cita-cita untuk peradaban harus selalu menyala, sebagai wujud kita yakin Allah Maha Besar."

Kiranya, motivasi beliau ini patut kita tapaki, untuk menjaga nyala api semangat menulis, di tengah hembusan angin yang hendak memadamkannya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image